Wisatawan Asing Mengamuk di Kedai Durian Penang, Protes Kualitas dan Minta Potongan Harga
Perselisihan Harga Durian Warnai Musim Panen di Penang
Musim durian seringkali diwarnai dengan berbagai kejadian menarik, mulai dari persaingan harga antar pedagang hingga keluhan pembeli terkait rasa dan kualitas buah. Kejadian terbaru melibatkan dua wisatawan asal Tiongkok yang mengamuk di sebuah kedai durian di kawasan Chew Jetty, Penang, Malaysia, karena merasa tidak puas dengan durian yang mereka beli.
Insiden bermula ketika kedua turis tersebut memesan durian jenis Hor Lor seharga RM 59 (sekitar Rp 228.000). Setelah menyantap durian tersebut hingga habis, mereka mengajukan komplain kepada pemilik kedai. Mereka beralasan bahwa durian yang mereka makan memiliki biji yang terlalu besar, sehingga dagingnya sedikit dan rasanya tidak sesuai harapan.
Ketidakpuasan mereka berujung pada permintaan diskon sebesar RM 9 (sekitar Rp 35.000). Mereka bersikeras hanya ingin membayar RM 50 (sekitar Rp 193.000). Penolakan dari pihak kedai memicu perdebatan sengit antara kedua turis dan pemilik toko, Sim Ho Gui.
"Jika kami membayar penuh untuk durian ini, kami akan merasa bodoh! Kami merasa ditipu karena makan durian di sini. Penjual seharusnya memberikan kompensasi kepada pembeli atas rasa durian yang tidak enak," ujar salah seorang turis dengan nada tinggi.
"Kami sudah membayar RM 50, dan sekarang Anda meminta tambahan RM 9. Seharusnya kami yang meminta kompensasi karena duriannya tidak enak," timpal turis lainnya.
Sim Ho Gui menjelaskan bahwa kedua turis tersebut memang memesan durian jenis Hor Lor, yang dikenal memiliki biji yang besar dan daging yang lebih sedikit dibandingkan jenis durian lainnya. Ia menduga bahwa kedua turis tersebut tidak menyadari karakteristik durian Hor Lor sebelum memesannya.
"Kami sudah memberikan informasi yang jelas mengenai harga dan jenis durian yang kami jual. Pembeli diperbolehkan untuk mencoba durian terlebih dahulu sebelum membeli. Namun, mereka menghabiskan durian tersebut dan baru kemudian mengajukan komplain. Menurut saya, tindakan mereka tidak masuk akal," ungkap Sim, yang telah berjualan durian selama lebih dari 20 tahun.
Sim menambahkan bahwa ia sempat menawarkan diskon menjadi RM 55 (sekitar Rp 212.000), namun kedua turis tersebut tetap bersikeras hanya ingin membayar RM 50.
Beberapa turis asal Tiongkok menjelaskan bahwa di negara mereka, lazim untuk menawar harga makanan setelah disantap, bukan sebelum. Perbedaan budaya ini diduga menjadi salah satu pemicu kemarahan kedua turis tersebut terhadap penjual durian.