Tragedi Pelari di Singapura dan Tips Aman Lari Jarak Jauh dari Dokter Spesialis

Meninggalnya WNI Saat Lomba Lari di Singapura: Sebuah Peringatan

Kabar duka datang dari Singapura, di mana seorang Warga Negara Indonesia (WNI) bernama Leonard Darmawan (23) menghembuskan nafas terakhirnya saat berpartisipasi dalam ajang lari 2XU Compression Run. Insiden tragis ini menjadi sorotan dan menimbulkan pertanyaan mengenai persiapan dan keamanan dalam olahraga lari, khususnya lari jarak jauh.

Menurut informasi yang disampaikan oleh Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Leonard mengalami kolaps saat berlari di kilometer 19. Upaya pertolongan pertama berupa CPR sempat diberikan, namun nyawanya tidak tertolong. Surat keterangan kematian dari Health Sciences Authority menyatakan bahwa penyebab kematian adalah gagal jantung dan pernapasan. Jenazah Leonard telah dipulangkan ke Jakarta untuk dimakamkan.

Tips Aman Berlari Jarak Jauh: Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati

Merespons kejadian ini, dr. Inarota Laily, SpKO, SubSP APK (K), seorang dokter spesialis kedokteran olahraga dari Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia (FKUI), memberikan beberapa tips penting agar olahraga lari dapat dilakukan dengan aman dan terhindar dari cedera serius.

  1. Pemeriksaan Medis:

    • Meskipun tidak wajib, pemeriksaan medis sangat dianjurkan, terutama bagi individu yang baru memulai olahraga lari dengan intensitas tinggi, atau berusia di atas 35 tahun.
    • Pemeriksaan meliputi pengecekan kadar kolesterol, tekanan darah, dan riwayat penyakit jantung, diabetes, atau ginjal. Tujuannya adalah untuk memastikan kondisi kesehatan tubuh benar-benar siap untuk aktivitas fisik berat.
    • Dokter akan memberikan "clearance" jika tidak ditemukan masalah kesehatan yang berpotensi membahayakan.
  2. Aktif Secara Fisik Setiap Hari:

    • Aktivitas fisik yang cukup bukan hanya sekadar berjalan kaki dari dan ke kantor. Rutin berolahraga setiap hari sangat penting, seperti jalan cepat, jogging, berenang, bersepeda, atau latihan beban.
    • Kombinasikan dengan gaya hidup sehat, seperti tidak merokok dan menjaga kadar kolesterol tetap normal.
    • Persiapan maraton idealnya dilakukan 4-6 bulan sebelumnya bagi pelari berpengalaman. Bagi pemula, persiapan membutuhkan waktu lebih lama dan sebaiknya mendapat rekomendasi dari dokter.
    • Seseorang yang tergolong jarang berolahraga adalah mereka yang lebih banyak bekerja di ruangan, aktivitas fisik kurang dari dua jam per minggu, dan intensitas jalan kaki pun rendah.

Dokter Laily menekankan bahwa kunci dari olahraga lari yang aman adalah keaktifan fisik yang konsisten dalam beberapa bulan terakhir. Jika seseorang sudah aktif secara fisik selama 3-6 bulan, risiko cedera saat lari akan lebih kecil. Sebaliknya, jika seseorang sedenter dan tiba-tiba ingin lari dengan intensitas tinggi seperti maraton, pemeriksaan medis sangat dianjurkan.

Dengan mengikuti tips ini, diharapkan para pelari dapat menikmati manfaat olahraga lari tanpa khawatir akan risiko cedera serius atau bahkan kejadian yang lebih tragis.