Inisiatif Desa Adat Cemenggoan: Kisah Inspiratif Kemandirian Pengelolaan Sampah di Bali
Di tengah hiruk pikuk modernisasi, sebuah desa adat di Bali menunjukkan komitmennya dalam menjaga kelestarian lingkungan. Desa Adat Cemenggoan, yang terletak di Sukawati, Gianyar, kini menjadi contoh inspiratif dalam pengelolaan sampah mandiri. Di balik kesuksesan ini, ada sosok I Wayan Balik Mustiana, seorang pegiat lingkungan yang meyakini harmoni antara manusia dan alam.
Wayan Balik, dengan prinsipnya bahwa alam tidak akan pernah mengkhianati manusia, telah mengabdikan dirinya untuk mewujudkan desa yang bersih dan mandiri dalam mengelola sampah. Bersama masyarakat Desa Adat Cemenggoan, ia telah membuktikan bahwa pengelolaan sampah yang efektif dapat dicapai dengan komitmen dan kerja sama.
Transformasi Pengelolaan Sampah di Desa Adat Cemenggoan
Desa Adat Cemenggoan telah mengambil langkah berani dengan menerapkan sistem pengelolaan sampah mandiri yang inovatif. Beberapa inisiatif utama yang telah diimplementasikan meliputi:
- Pengurangan Penggunaan Plastik: Dalam setiap pertemuan warga, makanan yang disajikan diutamakan berupa rebusan, menghindari penggunaan plastik sekali pakai. Hal ini menunjukkan komitmen desa dalam mengurangi produksi sampah plastik.
- Implementasi Tebe Modern: Sistem ini digunakan untuk mengelola sampah organik, mengubahnya menjadi kompos yang bermanfaat bagi pertanian desa.
- Perarem Pengelolaan Sampah: Desa Adat Cemenggoan telah memiliki aturan adat (perarem) yang mengatur pengelolaan sampah organik dan anorganik. Aturan ini memastikan keberlanjutan program pengelolaan sampah, terlepas dari siapa pun pemimpin desa.
Perjalanan Panjang Menuju Kemandirian Sampah
Perjuangan Wayan Balik dan Forum Peduli Lingkungan Desa Adat Cemenggoan tidaklah mudah. Mereka menghadapi cibiran dan keraguan dari berbagai pihak. Namun, hal ini tidak mematahkan semangat mereka. Sebaliknya, tantangan tersebut justru menjadi motivasi untuk terus berjuang.
Wayan Balik merasa resah dengan kondisi lingkungan yang tidak kunjung membaik, meskipun berbagai upaya telah dilakukan, seperti program clean up dan bank sampah. Akhirnya, ketika dipercaya sebagai koordinator di bidang palemahan (lingkungan) di Saba Desa, ia mengusulkan konsep Tebe Modern. Dengan syarat, apabila uji coba dari 7-8 keluarga berhasil, maka program ini harus terus diterapkan dan dijadikan peraturan desa.
Pesan PeDe: Pengelolaan Sampah Mandiri Pedesaan
Selain Tebe Modern, Wayan Balik dan timnya juga dipercaya mengelola Bank Sampah Sami Asri. Mereka menyederhanakan konsep bank sampah agar masyarakat lebih mudah memahami jenis sampah anorganik yang dapat disetorkan, seperti kresek, botol, kertas, dan logam.
"Program kami yang lebih banyak dikenal adalah Tebe Modern untuk sampah organik. Tapi sebenarnya itu bagian dari Pesan PeDe, Pengelolaan Sampah Mandiri Pedesaan, yang terbentuk tahun 2017," tutur Wayan Balik yang menjabat sebagai Ketua BPS Desa Adat Cemenggoan.
Kunci Keberhasilan: Kebersihan dan Komitmen
Menurut Wayan Balik, kunci utama dalam pengelolaan sampah di desa adalah jangan pernah mengiming-imingi masyarakat dengan janji ekonomi atau keuntungan uang yang besar. Ia menekankan pentingnya menyampaikan apa adanya dan memastikan para pemimpin desa memiliki pandangan yang sama dalam melihat sampah.
"Pendekatan dan janji yang saya sampaikan adalah kebersihan. Desa yang bersih. Jadi pengelolaan dulu, baru nantinya pengolahan. Jika sudah dijanjikan uang, tapi nantinya tidak sesuai ekspektasi, maka akan fatal jadinya," tegas Wayan Balik.
Selain itu, Wayan Balik juga menekankan pentingnya strategi dalam setiap perjuangan agar tidak kalah di tengah jalan. Dengan strategi yang tepat, Desa Adat Cemenggoan telah berhasil mewujudkan kemandirian dalam pengelolaan sampah dan menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Bali.