Garuda Indonesia Grounded 15 Pesawat Akibat Tekanan Biaya Perawatan

Kondisi finansial yang kurang kondusif memaksa PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk mengambil langkah berat dengan menghentikan sementara operasional sejumlah armadanya. Berdasarkan laporan yang beredar, sedikitnya 15 pesawat milik maskapai penerbangan nasional itu tidak lagi beroperasi karena terkendala masalah pendanaan, khususnya terkait biaya perawatan.

Informasi ini menimbulkan kekhawatiran mengenai keberlanjutan rencana pemulihan Garuda Indonesia. Beberapa pihak menilai keputusan ini sebagai sinyal bahwa upaya perbaikan yang tengah diupayakan oleh manajemen baru maskapai berpotensi terhambat. Bahkan, sejumlah pemasok komponen dan jasa perawatan pesawat dikabarkan mulai meminta pembayaran di muka (down payment) sebagai antisipasi atas kondisi keuangan Garuda yang belum stabil.

Mayoritas pesawat yang terdampak oleh kebijakan ini merupakan armada yang dioperasikan oleh anak perusahaan Garuda, yaitu PT Citilink Indonesia. Data dari perusahaan pelacak armada penerbangan, Cirium, menunjukkan bahwa Garuda Indonesia saat ini mengoperasikan 66 pesawat, sementara 14 pesawat lainnya dalam kondisi tidak aktif (grounded).

Manajemen Garuda Indonesia di bawah kepemimpinan CEO baru, Wamildan Tsani Panjaitan, sebenarnya tengah berupaya keras untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan dan memperluas jaringan penerbangan internasional. Pemerintah pun menaruh harapan besar agar Garuda Indonesia dapat kembali menjadi maskapai yang menguntungkan dan memiliki daya saing global yang kuat.

Namun, sejumlah faktor eksternal turut memberikan tekanan terhadap kinerja Garuda Indonesia. Kebijakan pemerintah terkait pembatasan harga tiket pesawat domestik, khususnya kelas ekonomi, menyulitkan maskapai untuk meningkatkan pendapatan melalui penyesuaian tarif. Selain itu, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga berdampak signifikan, mengingat sebagian besar biaya operasional penerbangan menggunakan mata uang asing.

Kondisi ini tidak hanya dialami oleh Garuda Indonesia. Banyak maskapai penerbangan di kawasan Asia Tenggara yang menghadapi tantangan serupa, yaitu kesulitan membayar biaya perawatan pesawat akibat tekanan ekonomi dan regulasi yang kurang mendukung.

Beberapa faktor yang memperburuk keadaan:

  • Pembatasan Harga Tiket: Kebijakan pemerintah membatasi maskapai menaikkan tarif untuk meningkatkan pendapatan.
  • Nilai Tukar Rupiah: Pelemahan rupiah terhadap dolar AS meningkatkan biaya operasional.
  • Kekhawatiran Pemasok: Pemasok meminta pembayaran di muka karena khawatir dengan keuangan Garuda.

Langkah penghentian operasional pesawat ini menjadi indikasi bahwa Garuda Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam upaya memulihkan kondisi keuangannya. Diperlukan strategi yang komprehensif dan dukungan dari berbagai pihak agar maskapai penerbangan nasional ini dapat kembali bangkit dan bersaing di kancah internasional.