Mentransformasi Anak Desa Menjadi Bintang Lapangan Hijau: Model Pembinaan ala Dedi Mulyadi di ASAD Jaya Perkasa
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengemukakan bahwa metode pendidikan karakter berbasis barak militer bukanlah konsep baru dalam dunia pendidikan. Pengalaman sebelumnya sebagai Bupati Purwakarta telah membuktikan efektivitas pendekatan ini melalui Sekolah Sepak Bola Anak Sepak Bola Asal Desa (ASAD) Jaya Perkasa.
"Ini bukan hal yang baru bagi saya. Dahulu, saya mendirikan sekolah sepak bola ASAD Jaya Perkasa, yang kini banyak pemainnya yang telah menjadi pemain nasional. Mereka ditempatkan di barak, dalam sebuah kompleks, dididik dalam lingkungan sepak bola, dan terhubung dengan sekolah-sekolah tertentu. Hasilnya, mereka berhasil menjadi pemain tim nasional dan pemain profesional saat ini," ungkap Dedi usai rapat bersama Komisi II DPR RI.
ASAD 312 Jaya Perkasa, sebuah program sekolah sepak bola yang mengadopsi disiplin barak militer, didirikan oleh Dedi Mulyadi di Purwakarta pada tahun 2013. Program ini menampung anak-anak dari berbagai desa di Indonesia dalam barak pelatihan terpusat. Selain melatih teknik sepak bola, program ini juga menekankan pembentukan kedisiplinan, karakter, dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari para siswa.
Aktivitas Sehari-hari di ASAD
Rutinitas di ASAD dirancang untuk menanamkan nilai-nilai disiplin dan spiritualitas. Kegiatan dimulai sejak dini hari, pukul 04.00 WIB, dengan serangkaian ibadah seperti tahajud, shalat subuh, tadarus, dan kajian agama. Setelah itu, para siswa bersiap untuk latihan sepak bola yang dimulai pukul 08.00 WIB. Usai sarapan dan mandi, mereka mengikuti kegiatan belajar formal dari pukul 09.30 hingga 13.30 WIB. Latihan sore dilaksanakan setelah shalat Ashar, dan malam hari diisi dengan kelas bimbingan, makan malam, dan istirahat. Akhir pekan biasanya dimanfaatkan untuk kunjungan ke rumah atau kegiatan rekreasi bersama.
Selain kegiatan rutin, para siswa juga dilibatkan dalam aktivitas lain seperti beternak domba. Semua kegiatan ini bertujuan untuk membentuk ketangguhan mental dan kemampuan manajemen diri, yang dianggap sangat penting dalam dunia sepak bola.
Kurikulum Unik yang Memfokuskan pada Tiga Pilar
Salah satu hal yang membedakan ASAD dari sekolah konvensional adalah pendekatan kurikulumnya. Dedi Mulyadi memfokuskan kurikulum pendidikan ASAD pada tiga bidang utama: agama, bahasa Inggris, dan sepak bola. Agama berperan penting dalam pembentukan akhlak, bahasa Inggris untuk memfasilitasi komunikasi internasional, dan sepak bola sebagai jalan hidup mereka. Dengan fokus ini, siswa ASAD dapat memusatkan perhatian pada performa di lapangan, sambil tetap memiliki fondasi moral dan kemampuan komunikasi global yang kuat.
Prestasi Gemilang dan Dampak Positif
Model pendidikan alternatif ini telah membuahkan sejumlah prestasi bagi para siswa ASAD. Pada tahun 2014, ASAD berhasil mencapai perempat final Danone Nations Cup di Brasil, bahkan mengalahkan juara bertahan. Beberapa alumni ASAD, seperti Fajar Fathur Rahman, yang menjadi top skor SEA Games U-22 2023, merupakan bukti keberhasilan program ini. Nama-nama lain seperti Yadi Mulyadi, Hamsa Medari Lestaluhu, Muhammad Talaohu, dan Ahludz Ziqri juga menjadi pemain langganan Timnas U-16 dan U-15 pada periode 2017-2018. Bahkan, pada tahun 2017, dua siswa ASAD berkesempatan berlatih di klub Inggris Queens Park Rangers, dan setahun kemudian, Thoriq Tifana Maulida dikirim ke akademi Real Madrid.
Menariknya, siswa ASAD tidak dipungut biaya untuk mengikuti pendidikan ini. Mereka bahkan menerima gaji sebesar Rp 300.000 per bulan, ditambah insentif jika berpartisipasi dalam pertandingan nasional atau internasional. Hal ini menunjukkan komitmen Dedi Mulyadi dalam memberikan kesempatan yang sama bagi anak-anak desa untuk meraih impian mereka di dunia sepak bola.