Marah saat Puasa: Pengaruhnya terhadap Pahala dan Kesucian Ibadah
Marah saat Puasa: Pengaruhnya terhadap Pahala dan Kesucian Ibadah
Bulan Ramadan, bulan penuh berkah dan ampunan, menjadi momen istimewa bagi umat Muslim untuk meningkatkan ketaqwaan. Namun, pertanyaan seputar pengaruh emosi, khususnya amarah, terhadap pahala puasa kerap muncul. Apakah marah saat berpuasa dapat mengurangi pahala, bahkan membatalkannya? Penjelasan berikut ini akan menguraikan pandangan agama Islam terkait hal tersebut.
Berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW, "كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْع وَالْعَطْش", yang artinya, 'Ada banyak orang yang berpuasa, namun hanya mendapatkan lapar dan dahaga sebagai ganjarannya', menunjukkan bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus. Puasa juga menuntut pengendalian diri dan kesucian hati. KH Akhyar Nasution, Kabid HLNKI MUI Sumut, menjelaskan bahwa marah itu sendiri tidak membatalkan puasa. Namun, kehilangan kesadaran akibat amarah yang memuncak justru dapat membatalkan puasa. Ini bukan karena amarah itu sendiri, melainkan karena hilangnya kesadaran, yang merupakan syarat sah puasa.
Lebih lanjut, KH Akhyar Nasution mengutip kisah sahabat Nabi yang meminta nasihat perihal amarah. Nabi SAW menasehati sahabat tersebut agar menghindari amarah hingga tiga kali, dan pada upaya keempat, beliau menekankan agar menghindari amarah demi meraih surga. Ini menunjukkan betapa pentingnya mengendalikan emosi dalam menjalankan ibadah puasa. Meskipun tidak membatalkan puasa, amarah dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang memakruhkan puasa, mengurangi pahala, dan mereduksi nilai-nilai luhur yang terkandung dalam ibadah ini, terutama kesabaran.
Puasa idealnya dijalankan dengan penuh kesabaran dan pengendalian diri. Bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari perbuatan dan perkataan yang sia-sia dan keji. Amarah yang menguasai diri dapat menghalangi tercapainya tujuan utama puasa, yaitu meningkatkan ketaqwaan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebagai solusi, Nabi SAW mengajarkan untuk berwudhu ketika marah, mengingat setan terbuat dari api dan air dapat memadamkan api. Hal ini menjadi langkah praktis untuk meredam amarah dan menjaga kesucian ibadah.
Selain marah, ada hal lain yang dapat memakruhkan puasa, di antaranya bekam dan memasukkan benda melalui pori-pori tertutup. Oleh karena itu, mempertahankan ketenangan dan kesabaran selama berpuasa sangatlah penting untuk meraih pahala dan keberkahan yang maksimal. Intinya, fokuslah pada pengendalian diri, bukan hanya pada aspek fisik puasa. Dengan demikian, puasa Ramadan dapat dijalankan dengan penuh keikhlasan dan menghasilkan pahala yang berlimpah.
Berikut beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:
- Marah tidak membatalkan puasa selama tidak menghilangkan kesadaran.
- Amarah memakruhkan puasa dan mengurangi pahala.
- Berwudhu dianjurkan saat marah untuk meredam emosi.
- Bekam juga termasuk hal yang memakruhkan puasa.
- Puasa membutuhkan pengendalian diri secara menyeluruh, bukan hanya menahan lapar dan dahaga.