Mencegah Bencana Baterai: Memahami dan Menangani Thermal Runaway pada Kendaraan Listrik

Ancaman Tersembunyi di Balik Kendaraan Listrik: Mengenal Thermal Runaway

Kendaraan listrik, dengan segala keunggulan efisiensi dan ramah lingkungannya, menyimpan potensi bahaya laten yang perlu dipahami oleh setiap pemilik dan pengguna. Bahaya tersebut dikenal dengan istilah thermal runaway, sebuah kondisi kritis pada baterai yang dapat berujung pada konsekuensi fatal seperti kebakaran atau bahkan ledakan.

Baru-baru ini, viral sebuah video yang memperlihatkan sepeda motor listrik yang dilalap api. Peristiwa tersebut menjadi pengingat visual yang kuat akan risiko thermal runaway. Sebelum kobaran api muncul, terlihat jelas asap hitam mengepul dari kompartemen baterai, menandakan adanya masalah serius di dalam sel baterai.

Menurut Willy Hadiwijaya, CEO PT Famindo Alfa Spektrum Teknologi, thermal runaway adalah kondisi yang mendahului kebakaran pada baterai kendaraan listrik. Beberapa faktor dapat memicu kondisi ini, termasuk kerusakan fisik pada baterai, paparan suhu ekstrem, kondisi lingkungan yang tidak sesuai, dan yang tak kalah penting, adalah usia pemakaian baterai.

Kerusakan pada satu sel baterai saja dapat memicu masalah. Misalnya, ketika sebuah sel mulai menggembung akibat kerusakan internal, namun tetap dipaksa untuk diisi daya, kondisi overcharging dapat terjadi dan menjadi pemicu thermal runaway.

Peran Vital Battery Management System (BMS)

Untungnya, sebagian besar produsen kendaraan listrik modern telah menyadari risiko ini dan menerapkan sistem keamanan canggih yang dikenal sebagai Battery Management System (BMS). Sistem ini berfungsi sebagai pengawas yang terus-menerus memantau suhu, tegangan, dan arus listrik dalam baterai, memastikan semuanya tetap berada dalam batas aman operasional.

Fungsi utama BMS adalah melakukan cut-off atau pemutusan pengisian daya secara otomatis ketika baterai telah mencapai kapasitas penuh. Prinsip ini mirip dengan cara kerja pengisi daya pada ponsel pintar. Ketika baterai sudah terisi 100%, pengisian daya akan berhenti secara otomatis. Namun, efektivitas BMS sangat bergantung pada kualitas sistem itu sendiri.

Sayangnya, tidak semua kendaraan listrik dilengkapi dengan BMS yang mumpuni. Sistem yang kurang baik dapat gagal mendeteksi kondisi overcharging atau masalah lainnya, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan sel baterai dan meningkatkan risiko thermal runaway.

Solusi Pencegahan: Sensor Pendeteksi Anomali Baterai

Untuk mengatasi kelemahan ini, Willy Hadiwijaya menyarankan agar produsen kendaraan listrik mempertimbangkan untuk mengintegrasikan sensor khusus yang dirancang untuk mendeteksi kerusakan baterai sejak dini. Salah satu teknologi yang ia soroti adalah teknologi Ballistic, yang mengadopsi prinsip Internet of Things (IoT) dan dapat terhubung dengan aplikasi ponsel pintar.

Sensor ini bekerja dengan memantau berbagai parameter baterai, seperti suhu, tegangan, dan arus listrik, secara real-time. Jika sensor mendeteksi anomali, seperti overheating, overcharge, atau overdischarge, aplikasi akan mengirimkan peringatan kepada pengguna.

Dengan teknologi ini, pengguna tidak hanya dapat memantau kondisi baterai secara manual, tetapi juga mendapatkan peringatan dini jika terdeteksi masalah. Misalnya, jika suhu baterai tiba-tiba melonjak di atas batas normal, sistem akan memberikan notifikasi, memungkinkan pengguna untuk mengambil tindakan pencegahan sebelum thermal runaway terjadi.

Teknologi semacam ini diharapkan dapat meningkatkan keamanan kendaraan listrik dan memberikan rasa tenang bagi pemiliknya. Dengan deteksi dini dan tindakan pencegahan yang tepat, risiko thermal runaway dapat diminimalkan, sehingga kendaraan listrik dapat menjadi pilihan transportasi yang lebih aman dan andal.