Iran Kecam Upaya Netanyahu Jerumuskan AS dalam Konflik Timur Tengah

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, melontarkan kecaman keras terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, atas usahanya yang dinilai berupaya menyeret Amerika Serikat ke dalam pusaran konflik yang lebih dalam di Timur Tengah. Araghchi juga menyampaikan peringatan tegas terhadap segala bentuk agresi yang ditujukan kepada Teheran.

"Netanyahu secara terang-terangan mencampuri urusan internal pemerintah AS dengan tujuan menjerumuskannya ke dalam bencana lain di wilayah kita," tegas Araghchi melalui platform media sosial X. Ia juga memperingatkan Israel agar tidak melakukan kesalahan sekecil apa pun yang dapat memicu konflik dengan Iran.

Araghchi menuduh Netanyahu berupaya mendikte kebijakan luar negeri Presiden AS terkait diplomasi dengan Iran. Ia menyoroti dukungan AS terhadap Israel dalam konflik melawan Hamas di Jalur Gaza sejak Oktober 2023, serta serangan balasan AS terhadap kelompok Houthi yang aktif menyerang Israel dan kapal-kapal komersial di Laut Merah.

"Dukungan tanpa syarat terhadap tindakan genosida Netanyahu di Gaza dan keterlibatan dalam perang atas nama Netanyahu di Yaman tidak memberikan manfaat apa pun bagi rakyat Amerika," imbuh Araghchi.

Pernyataan keras Menlu Iran ini muncul di tengah penundaan putaran terakhir perundingan nuklir dengan AS yang semula dijadwalkan pada 3 Mei lalu akibat masalah logistik. Kedua negara telah melakukan tiga putaran perundingan nuklir sejak 12 April dengan mediasi Oman. Pertemuan ini menjadi kontak tingkat tinggi pertama sejak AS menarik diri dari perjanjian nuklir dengan Iran pada 2018.

Netanyahu diketahui telah menyerukan penghapusan program nuklir Iran, dengan menyatakan bahwa perjanjian yang kredibel harus menghilangkan kemampuan Iran untuk memperkaya uranium untuk tujuan pembuatan senjata nuklir dan mencegah pengembangan rudal balistik.

Sebelumnya, Presiden AS menyatakan bahwa ia hanya akan menerima penghapusan total program nuklir Iran, namun mengisyaratkan keterbukaan untuk membahas penggunaan program nuklir tersebut untuk tujuan sipil, seperti pembangkit listrik.

"Saat ini, muncul teori baru yang memungkinkan Iran memiliki program nuklir sipil, yang berarti untuk menghasilkan listrik," ujar Presiden AS dalam sebuah wawancara, sambil menambahkan bahwa ia terbuka untuk mendengarkan argumen tersebut.

Teheran secara konsisten membantah tuduhan bahwa pihaknya berupaya mengembangkan senjata nuklir, dan bersikeras bahwa program nuklirnya semata-mata ditujukan untuk tujuan damai.

Araghchi menegaskan kembali bahwa jika tujuannya adalah untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir, maka kesepakatan dapat dicapai melalui diplomasi yang didasarkan pada saling menghormati dan kepentingan bersama.