Kanada Diversifikasi Pasar di Tengah Ketegangan Tarif dengan AS
Pergeseran Strategi Dagang Kanada Akibat Perang Tarif dengan AS
Gelombang tarif resiprokal yang dipicu oleh kebijakan Presiden AS, Donald Trump, memaksa sejumlah industri manufaktur di Kanada untuk melakukan penyesuaian signifikan dalam strategi bisnis mereka. Hubungan dagang yang telah terjalin erat selama beberapa dekade antara Kanada dan AS kini menghadapi tantangan serius, mendorong perusahaan-perusahaan Kanada untuk mencari alternatif pasar dan beradaptasi dengan dinamika perdagangan yang baru.
Beberapa perusahaan farmasi Kanada yang memproduksi kapsul dan tablet, misalnya, kini aktif menjajaki potensi kemitraan di pasar Asia. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS yang semakin tidak pasti. Di sektor lain, produsen komponen baja yang selama ini mengandalkan klien di AS, mulai memberikan peringatan kepada pelanggan mereka mengenai potensi kenaikan harga, sebagai dampak dari tarif yang diberlakukan.
Tidak semua perusahaan memiliki daya tawar yang sama. Beberapa perusahaan yang memproduksi kostum maskot untuk acara olahraga atau sekolah, memilih untuk menurunkan harga produk mereka sebagai upaya untuk mempertahankan pangsa pasar di AS. Strategi ini diambil sebagai langkah kompromi untuk menghindari kehilangan pelanggan di tengah persaingan yang semakin ketat.
Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, sebelumnya telah menyampaikan kekhawatiran mengenai masa depan hubungan dagang antara Kanada dan AS. Dalam pertemuan dengan Presiden AS di Gedung Putih, Carney menegaskan bahwa era hubungan lama antara kedua negara telah berakhir. Ketidakpastian kebijakan yang diterapkan oleh pemerintahan Trump, dinilai menjadi faktor utama yang mendorong perusahaan-perusahaan Kanada untuk melakukan diversifikasi pasar.
Data menunjukkan bahwa pasar ekspor Kanada sangat bergantung pada AS, dengan persentase mencapai 75%. Kondisi ini membuat Kanada sangat rentan terhadap perubahan kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh AS. Kanada menjadi salah satu negara pertama yang terkena dampak dari kebijakan tarif tambahan yang diberlakukan oleh AS. Trump beralasan bahwa kebijakan tersebut sebagai respons atas masuknya fentanil ke AS, meskipun data menunjukkan bahwa kurang dari 1% dari barang yang disita berasal dari perbatasan Kanada.
Pada bulan Maret, AS mengenakan tarif 25% pada semua impor baja dan aluminium. Kemudian, tarif serupa juga diberlakukan pada mobil dan suku cadang yang tidak memenuhi standar perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara. Sektor manufaktur Kanada mengirimkan 42% dari produksinya ke AS, dan sekitar 41% dari 1,7 juta pekerja di sektor ini bergantung pada impor dari AS. Juru bicara Gedung Putih, Kush Desai, menanggapi kekhawatiran tersebut dengan pernyataan kontroversial yang mengindikasikan potensi aneksasi Kanada oleh AS.