Kinerja Keuangan BUMN Karya: Analisis Utang Terhadap Bank Himbara pada Kuartal I 2025
Analisis Mendalam Utang BUMN Karya ke Bank Himbara: Kuartal I 2025
Kinerja keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor infrastruktur, atau yang dikenal sebagai BUMN Karya, masih menjadi sorotan utama. Beban utang yang besar terus membayangi, dengan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) memegang peran signifikan sebagai kreditur utama.
Pinjaman dari Himbara, yang meliputi Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN, mayoritas dialokasikan untuk membiayai berbagai proyek infrastruktur yang dijalankan oleh BUMN Karya, baik di tingkat induk perusahaan maupun anak perusahaan. Selain Himbara, BUMN Karya juga memiliki kewajiban finansial kepada pihak-pihak yang terafiliasi, termasuk perusahaan pembiayaan yang berada di bawah naungan Kementerian BUMN.
Berikut ini adalah analisis terperinci mengenai utang BUMN Karya kepada Himbara berdasarkan laporan keuangan kuartal I 2025. Data ini memberikan gambaran komprehensif mengenai kondisi keuangan masing-masing perusahaan.
PT PP (Persero) Tbk (PTPP)
PT PP (Persero) Tbk (PTPP) menunjukkan penurunan utang jangka pendek kepada Himbara pada kuartal I 2025. Utang jangka pendek kepada BRI tercatat sebesar Rp 344,35 miliar, turun dari Rp 447,35 miliar pada kuartal IV 2024. Utang kepada Bank Mandiri juga mengalami penurunan tipis menjadi Rp 1,46 triliun dari Rp 1,48 triliun. Sementara itu, utang kepada BNI tercatat sebesar Rp 133,73 miliar, juga menurun dari Rp 540,95 miliar pada kuartal sebelumnya.
Secara keseluruhan, utang PTPP kepada Himbara untuk kategori jangka pendek mencapai Rp 2,57 triliun pada kuartal I 2025, menunjukkan penurunan dibandingkan dengan Rp 3,62 triliun pada kuartal IV 2024.
Namun, tren berbeda terlihat pada utang jangka panjang PTPP kepada Himbara. Jumlahnya meningkat menjadi Rp 7,87 triliun pada kuartal I 2025, naik dari Rp 7,34 triliun pada kuartal IV 2024. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan utang kepada Bank Mandiri menjadi Rp 5,61 triliun dan BSI menjadi Rp 1,08 triliun. Sementara itu, utang jangka panjang kepada BTN dan BRI mengalami penurunan.
PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI)
PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) juga mencatatkan penurunan utang perbankan pada kuartal I 2025. Utang kepada BRI menurun menjadi Rp 550,46 miliar dari Rp 671,12 miliar pada kuartal IV 2024. Utang kepada Bank Mandiri juga sedikit menyusut menjadi Rp 984,52 miliar. Utang kepada BNI tercatat sebesar Rp 657,08 miliar, juga lebih rendah dari Rp 756,34 miliar pada kuartal sebelumnya.
Total utang jangka pendek ADHI pada kuartal I 2025 adalah Rp 2,19 triliun, menurun dibandingkan dengan Rp 2,41 triliun pada kuartal IV 2024.
Anak perusahaan ADHI, seperti PT Adhi Commuter Properti (ACP) dan PT Adhi Persada Properti (APP), juga memiliki perjanjian kredit dengan BTN untuk membiayai proyek properti. ACP juga memiliki pinjaman dari PT Indonesia Infrastructure Finance dengan tenor 4 tahun dan suku bunga 10% per tahun. Selain itu, PT Dumai Tirta Persada (DTP), yang juga merupakan bagian dari ADHI, memiliki piutang kepada PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) dan PT Indonesia Infrastructure Finance.
Utang jangka panjang ADHI kepada perbankan yang jatuh tempo dalam satu tahun tercatat sebesar Rp 176,77 miliar pada kuartal pertama 2025, menurun dari Rp 187,25 miliar pada kuartal IV 2024. Total utang jangka panjang konsolidasi perseroan mencapai Rp 1,107 triliun, sedikit menurun dari kuartal sebelumnya.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mencatatkan utang jangka pendek konsolidasian kepada beberapa bank Himbara melalui entitas anak usaha. Utang kepada Bank BTN tercatat sebesar Rp 117,67 miliar. Utang kepada Bank Mandiri meningkat menjadi Rp 97,09 miliar. Sementara itu, utang kepada Bank BNI dan BSI mengalami penurunan.
Total utang jangka pendek konsolidasian WIKA kepada Himbara adalah Rp 270 miliar, menurun dari Rp 350 miliar pada kuartal IV 2024.
Utang jangka panjang konsolidasian WIKA kepada Himbara mencapai Rp 15,7 miliar, dengan rincian utang kepada Bank Mandiri, BRI, BNI, BSI, dan BTN. Selain itu, WIKA juga memiliki utang kepada PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero), Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia - Indonesia Eximbank, dan PT Indonesia Infrastructure Finance.
PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT)
PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) mencatat utang jangka panjang dengan Himbara yang terbagi menjadi tiga kategori: utang dengan perjanjian restrukturisasi induk, utang jangka panjang sindikasi modal kerja, dan utang jangka panjang berdasarkan supply chain financing.
Utang dengan perjanjian restrukturisasi induk tercatat kepada BNI, Bank Mandiri, BRI, dan BSI. Utang jangka panjang sindikasi modal kerja tercatat kepada Bank Mandiri, BRI, dan Bank BNI. Sementara itu, utang jangka panjang berdasarkan supply chain financing tercatat kepada Bank BSI.
Anak usaha WSKT, seperti PT Waskita Toll Road (WTR) dan PT Waskita Beton Precast (WBP), juga memiliki utang jangka panjang kepada Himbara. Total utang jangka panjang WSKT dengan Himbara mencapai Rp 20,62 triliun.
Analisis ini menunjukkan dinamika utang BUMN Karya terhadap Himbara, dengan beberapa perusahaan menunjukkan penurunan utang jangka pendek sementara yang lain mengalami peningkatan utang jangka panjang. Kondisi ini mencerminkan tantangan dan peluang yang dihadapi oleh BUMN Karya dalam mengelola keuangan mereka di tengah berbagai proyek infrastruktur yang sedang berjalan.