IHSG Menguji Batas 7.000, Rupiah Tertekan di Tengah Sentimen Global

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan sinyal positif di pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari Rabu, 7 Mei 2025, meskipun mata uang Rupiah mengalami tekanan di pasar spot.

Pada pukul 09.02 WIB, IHSG tercatat berada di posisi 6.934,99, menguat 36,79 poin atau 0,53% dibandingkan penutupan sebelumnya di level 6.898,19. Data dari RTI menunjukkan bahwa 246 saham bergerak naik, sementara 141 saham mengalami penurunan, dan 207 saham lainnya stagnan. Nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 1,10 triliun dengan volume 1,55 miliar saham.

Maximilianus Nico Demus, Direktur Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, menyoroti potensi dampak negosiasi antara India dan Amerika Serikat (AS). India menawarkan tarif nol untuk baja, suku cadang otomotif, dan farmasi secara resiprokal hingga jumlah impor mencapai nilai tertentu. Apabila ambang batas ini terlampaui, bea masuk standar akan diberlakukan.

Secara teknikal, Pilarmas Investindo Sekuritas memperkirakan IHSG berpotensi menguat terbatas dengan level support dan resistance di rentang 6.700–6.980.

Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova, mencatat bahwa IHSG telah berhasil menembus fraktal 6.908, yang merupakan indikasi positif untuk prospek jangka menengah. Level support IHSG berada di 6.765, 6.708, 6.640, dan 6.585, sementara level resistance berada di 6.908, 7.041, dan 7.174. Indikator MACD mengindikasikan momentum bullish.

Bursa saham regional Asia menunjukkan kinerja beragam. Strait Times turun 0,19% (7,16 poin) di level 3.853,23, Shanghai Composite naik 0,57% (18,83 poin) di level 3.334,94. Nikkei 225 turun 0,16% (59,80 poin) di level 36.770,89, dan Hang Seng naik 1,72% (390,51 poin) di level 23.053,23.

Di sisi lain, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS di pasar spot pagi ini melemah. Data Bloomberg menunjukkan Rupiah berada pada level Rp 16.527 per Dolar AS pada pukul 09.25 WIB, atau melemah 78 poin (0,47%) dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp 16.449 per Dolar AS.

Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, yang juga Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, menjelaskan bahwa rencana pertemuan antara AS dan China di Swiss untuk membahas negosiasi tarif memberikan sentimen positif ke pasar keuangan. Namun, hal ini juga berpotensi mendorong penguatan Dolar AS yang sebelumnya melemah akibat ekspektasi perlambatan ekonomi AS akibat kebijakan tarif.

Ariston menambahkan bahwa pergerakan nilai tukar terhadap Dolar AS saat ini sedang berkonsolidasi menjelang pengumuman hasil rapat kebijakan moneter AS. Kenaikan tarif dapat memicu The Fed untuk mengambil sikap yang lebih hawkish, yang pada gilirannya dapat memperkuat Dolar AS. Proyeksi pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS berada di kisaran 16.550, dengan potensi support di sekitar 16.400 pada hari ini.