Tragedi di Gaza: Serangan Udara Israel Merenggut Nyawa Keluarga dan Picu Kecaman Internasional

Gaza kembali menjadi saksi bisu dari konflik yang berkepanjangan. Serangan udara yang dilancarkan oleh pasukan Israel pada hari Rabu (7/5) telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa yang signifikan, termasuk sebuah keluarga yang terdiri dari delapan orang. Peristiwa ini semakin memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah memprihatinkan di wilayah tersebut dan memicu gelombang kecaman dari berbagai pihak di tingkat internasional.

Menurut keterangan dari badan pertahanan sipil Gaza, serangan yang menargetkan wilayah Khan Yunis, di selatan Gaza, menghantam sebuah rumah keluarga Al-Qidra, menewaskan delapan anggota keluarga tersebut dan melukai 12 lainnya. Rentang usia para korban sangat memilukan, mulai dari anak berusia dua tahun hingga orang dewasa berusia 54 tahun. Selain itu, serangan udara lainnya yang menyasar sebuah rumah di kamp pengungsi Jabalia, di utara Gaza, dilaporkan menewaskan tiga orang dan melukai delapan orang lainnya.

Juru bicara pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, menyatakan bahwa setidaknya satu anak termasuk di antara korban tewas dalam serangan hari Rabu itu. Insiden ini menambah daftar panjang warga sipil tak berdosa yang menjadi korban dari konflik yang terus berlanjut. Militer Israel belum memberikan komentar terkait serangan-serangan tersebut.

Eskalasi kekerasan ini terjadi setelah Israel melanjutkan operasi militernya di Gaza pada 18 Maret, mengakhiri gencatan senjata selama dua bulan yang sebelumnya sempat memberikan sedikit harapan bagi perdamaian. Operasi militer ini merupakan kelanjutan dari perang melawan Hamas, yang dipicu oleh serangan kelompok milisi Palestina itu ke Israel pada Oktober 2023.

Kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas melaporkan bahwa sejak 18 Maret, sedikitnya 2.507 orang telah tewas akibat serangan Israel, sehingga total korban jiwa dalam perang ini mencapai 52.615 orang. Sementara itu, serangan Hamas mengakibatkan kematian 1.218 orang di pihak Israel, sebagian besar warga sipil. Selain itu, para militan juga menculik 251 orang, di mana 58 di antaranya masih ditahan di Gaza, termasuk 34 orang yang menurut militer Israel telah meninggal dunia.

Hamas sendiri telah menyatakan bahwa tidak ada gunanya melanjutkan pembicaraan gencatan senjata dengan Israel, dan menuduh Israel melancarkan "perang kelaparan" di Gaza. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga telah berulang kali memperingatkan tentang potensi bencana kemanusiaan di Gaza, dengan kelaparan yang semakin mengancam setelah lebih dari dua bulan blokade bantuan kemanusiaan oleh Israel.