Perjuangan Panjang Pasutri Semarang Wujudkan Mimpi Haji dari Pesangon PHK
Asa Haji dari Pesangon: Kisah Inspiratif Pasutri Semarang
Semarang, Jawa Tengah - Di balik setiap ibadah haji yang terlaksana, tersimpan kisah perjuangan dan pengorbanan yang mendalam. Salah satunya adalah kisah Sumardi (74) dan Satiyem (66), pasangan suami istri asal Ngaliyan, Semarang, Jawa Tengah, yang akhirnya dapat menunaikan rukun Islam kelima setelah 13 tahun menabung dengan gigih.
Kisah mereka bermula pada tahun 2012 ketika Sumardi, seorang buruh pabrik baja, mendaftarkan diri dan istrinya sebagai calon jemaah haji. Dengan penghasilan yang pas-pasan, semangat mereka untuk menginjakkan kaki di Tanah Suci tidak pernah padam. Setiap bulan, mereka menyisihkan sebagian kecil dari gaji untuk ditabung, berharap impian mereka akan terwujud.
Lima tahun berselang, badai menerjang. Pabrik tempat Sumardi bekerja mengalami kebangkrutan, dan ia menjadi salah satu korban PHK. Kehilangan pekerjaan tentu menjadi pukulan berat, namun pasangan ini tidak menyerah. Uang pesangon yang diterimanya tidak dihabiskan begitu saja. Sebagian digunakan untuk membuka warung kecil-kecilan, sementara sisanya tetap disimpan untuk biaya haji.
"Uang pesangon waktu di-PHK sebagian saya pakai buka warung kecil sama istri, sebagian lagi tetap ditabung buat haji," ungkap Sumardi di Kantor Kemenag Kota Semarang.
Warung sembako yang mereka kelola memang tidak menghasilkan banyak keuntungan. Namun, Sumardi dan Satiyem tetap konsisten menyisihkan sebagian kecil dari hasil penjualan. Mereka menyadari bahwa perjalanan menuju impian membutuhkan kesabaran dan ketekunan.
"Kami nabungnya nggak tentu, kadang 3 atau 4 bulan baru bisa setor," imbuh Sumardi.
Waktu terus berjalan, usia semakin bertambah, dan fisik mulai melemah. Namun, semangat Sumardi dan Satiyem untuk berhaji tidak pernah pudar. Mereka percaya bahwa dengan niat yang kuat, mereka pasti akan sampai di Mekah.
"Tapi saya yakin, kalau niatnya kuat pasti sampai juga ke Mekah,” tutur Satiyem dengan senyum tulus.
Kini, setelah belasan tahun menabung dan bersabar, impian Sumardi dan Satiyem akhirnya terwujud. Mereka telah mengumpulkan koper-koper berisi perlengkapan haji dan siap berangkat ke Tanah Suci. Dengan bekal yang sederhana, baik materi maupun spiritual, mereka bersyukur dapat menunaikan ibadah haji.
Untuk mengantisipasi makanan yang tidak sesuai dengan selera di Mekah, Satiyem membawa bekal khusus dari rumah, seperti sambal sachet, abon, dan mi instan. Ia ingin cita rasa kampung halaman tetap menemaninya selama menjalankan ibadah.
"Takut di sana nggak cocok makanannya. Saya bawa sambel kacang, sambel terasi, abon, dan mi gelas," jelas Satiyem.
Sementara itu, Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kanwil Kemenag Kota Semarang, Mawardi, menjelaskan bahwa seluruh jemaah haji telah melakukan persiapan pemberangkatan. Tahun ini, Kota Semarang memberangkatkan 1.497 jemaah haji.
"Jumlah jemaah insyaallah berangkat 1.497 jemaah," kata Mawardi.
Koper-koper jemaah haji telah dikumpulkan di Kantor Kemenag Kota Semarang sebagai bagian dari persiapan akhir. Mawardi juga mengungkapkan bahwa beberapa jemaah terpaksa menunda keberangkatan karena alasan kesehatan.
"Ada 9 jemaah yang mengundurkan diri. Kebanyakan karena sakit," ujarnya.
Jemaah haji tertua tahun ini berusia 88 tahun, sementara yang termuda berusia 18 tahun.
Kisah Sumardi dan Satiyem adalah bukti bahwa dengan tekad dan kerja keras, impian setinggi apapun dapat diwujudkan. Perjalanan mereka menuju Tanah Suci adalah inspirasi bagi kita semua untuk tidak pernah menyerah dalam mengejar cita-cita.
- PHK
- Warung Sembako
- Impian Haji
- Pendaftaran Haji
- Kemenag Kota Semarang
- Tanah Suci