Pemangkasan Anggaran Bakamla: Kendala Pengadaan Alutsista dan Dampak Efisiensi

Pemangkasan Anggaran Bakamla: Kendala Pengadaan Alutsista dan Dampak Efisiensi

Badan Keamanan Laut (Bakamla) menghadapi tantangan signifikan menyusul pemangkasan anggaran yang signifikan. Anggaran lembaga yang semula mencapai Rp 1 triliun kini menyusut drastis menjadi sekitar Rp 300 miliar. Kondisi ini, menurut Kepala Bakamla Laksda TNI Irvansyah, telah berdampak langsung pada operasional dan program kerja lembaga tersebut. Pernyataan ini disampaikan Irvansyah usai menghadiri rapat kerja bersama Komisi I DPR di Senayan, Jakarta, Senin (3/3/2025).

Salah satu dampak paling nyata dari pemangkasan anggaran adalah terhambatnya pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Irvansyah mengungkapkan bahwa rencana pengadaan sejumlah speed boat terpaksa dibatalkan karena keterbatasan dana. Tidak hanya itu, pemotongan anggaran juga dirasakan di berbagai sektor operasional lainnya. Pengurangan alokasi dana untuk alat tulis kantor (ATK), perjalanan dinas, dan kegiatan protokoler turut membatasi ruang gerak Bakamla dalam melaksanakan tugasnya. Efisiensi anggaran bahkan sampai diterapkan pada kegiatan rapat internal, yang kini lebih banyak dilakukan secara daring via Zoom untuk menekan biaya operasional.

"Kita terpaksa membatalkan pembelian speed boat karena dana yang tersedia tidak mencukupi," jelas Irvansyah. "Selain itu, anggaran ATK, perjalanan dinas, dan protokoler juga mengalami pengurangan. Sebagai contoh, rapat pimpinan Bakamla terakhir dilakukan secara virtual melalui Zoom, dengan hanya menyediakan air minum untuk peserta rapat," tambahnya. Langkah ini, menurut Irvansyah, diambil sebagai upaya efisiensi anggaran dan sekaligus menanamkan budaya hemat di lingkungan Bakamla.

Meskipun menghadapi kendala finansial yang cukup besar, Bakamla berupaya untuk tetap menjaga kinerja dan produktivitas. Irvansyah menyatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk tetap menjaga output kerja, bahkan jika memungkinkan untuk meningkatkannya, meskipun dengan anggaran yang terbatas. Beberapa langkah efisiensi telah dan akan terus diterapkan, antara lain penggunaan kertas dengan ketebalan yang lebih tipis dan penerapan sistem work from anywhere (WFA).

Langkah-langkah efisiensi yang diterapkan ini meliputi:

  • Penggunaan kertas dengan gramatur lebih rendah untuk penghematan biaya ATK.
  • Penerapan sistem kerja work from anywhere (WFA) untuk mengurangi biaya operasional kantor.
  • Pengurangan frekuensi perjalanan dinas yang tidak terlalu mendesak.
  • Penggunaan platform virtual meeting untuk rapat internal guna menekan biaya.

Irvansyah berharap, langkah-langkah efisiensi ini dapat diimbangi dengan peningkatan kinerja dan output Bakamla, sehingga tetap mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam menjaga keamanan laut Indonesia meskipun dengan keterbatasan anggaran. Ia menekankan bahwa prioritas utama adalah tetap menjaga keamanan laut Indonesia meskipun dengan keterbatasan sumber daya yang ada.