Kelahiran Spesies Langka: Anak Burung Kagu Berhasil Ditetaskan di Bird Paradise, Singapura

Kabar Gembira dari Dunia Konservasi: Kelahiran Anak Burung Kagu di Singapura

Kabar menggembirakan datang dari dunia konservasi satwa liar. Sebuah tonggak sejarah telah tercatat di Bird Paradise, Singapura, dengan keberhasilan penetasan anak burung Kagu (Rhynochetos jubatus). Spesies burung yang terancam punah ini berhasil dikembangbiakkan di bawah pengawasan manusia, memberikan secercah harapan baru bagi kelangsungan hidupnya.

Keberhasilan ini menjadikan Mandai Wildlife Group sebagai salah satu dari sedikit lembaga zoologi di dunia yang mampu mengembangbiakkan Kagu. Burung endemik Kaledonia Baru ini dikenal sulit untuk dibiakkan di lingkungan terkontrol. Kelahiran anak burung ini menjadi bukti dedikasi dan keahlian tim konservasi.

Kagu adalah burung berukuran sedang yang tidak dapat terbang, memiliki ciri khas bulu berwarna abu-abu kebiruan yang elegan. Paruh dan kakinya berwarna oranye cerah, serta memiliki jambul yang menonjol di kepalanya. Jambul ini digunakan dalam ritual perkawinan dan untuk menandai wilayah kekuasaan. Kagu adalah burung monogami dan memiliki tingkat reproduksi yang rendah, biasanya hanya menghasilkan satu anak burung setiap tahunnya. Hal ini membuat setiap kelahiran Kagu menjadi sangat berharga bagi upaya konservasi.

Proses Penetasan yang Teliti

Anak burung Kagu ini menetas pada tanggal 1 Maret setelah menjalani masa inkubasi buatan selama 25 hari. Induknya adalah sepasang burung yang didatangkan dari Kebun Binatang Yokohama pada tahun 2023. Sebelumnya, pasangan ini telah mencoba bersarang sebanyak dua kali pada tahun 2024, namun gagal menetas karena berbagai faktor, termasuk kondisi lingkungan dan kurangnya pengalaman induk.

Menyadari pentingnya penetasan ini, staf perawatan hewan mengambil langkah proaktif dengan memindahkan telur ketiga ke inkubator. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan peluang telur tersebut untuk bertahan hidup. Tim konservasi dengan cermat mengendalikan suhu dan kelembapan di dalam inkubator, berusaha semirip mungkin dengan kondisi bersarang alami Kagu.

"Tim dengan hati-hati mengendalikan suhu dan kelembapan lingkungan untuk meniru kondisi bersarang alami kagu," ujar Anaïs Tritto, Asisten Wakil Presiden Perawatan Hewan di Mandai Wildlife Group.

Setelah menetas, anak burung Kagu ini diberikan perawatan khusus. Penjaga memberinya kotak kardus sebagai tempat persembunyian, mengingat Kagu adalah burung yang pemalu. Sebuah mainan berbentuk kiwi juga diberikan untuk memberikan rasa nyaman dan sebagai pengganti kehadiran induknya.

Perkembangan Anak Burung Kagu

Anak burung Kagu ini menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Beratnya telah meningkat dari 36 gram saat menetas menjadi 630 gram. Ia juga telah beralih ke makanan dewasa, yang terdiri dari udang, tikus, dan serangga hidup. Berat Kagu dewasa mencapai sekitar 1 kilogram.

Setelah anak burung ini cukup mandiri, rencananya ia akan diperkenalkan ke kandang burung di Winged Sanctuary. Ini akan menjadi langkah penting dalam proses adaptasinya ke lingkungan yang lebih luas.

Upaya Konservasi yang Krusial

Populasi Kagu di alam liar saat ini diperkirakan hanya tersisa antara 500 hingga 1.000 ekor. Burung ini terancam oleh hilangnya habitat dan perburuan oleh predator seperti kucing dan anjing. Setiap penetasan yang berhasil di bawah perawatan manusia menjadi langkah krusial dalam mengamankan masa depan spesies ini.

Untuk merayakan kelahiran anak burung Kagu yang istimewa ini, Mandai Wildlife Group mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilihan nama. Tiga nama yang diusulkan adalah:

  • Kiara (berarti cerdas)
  • Kenza (berarti harta karun)
  • Kacey (berarti penuh perhatian atau waspada)

Partisipasi publik dalam pemilihan nama ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya konservasi Kagu dan spesies terancam punah lainnya.