Ujian Ketahanan Fisik dan Spiritual: Kisah Perjalanan Panjang Biksu Thudong Menuju Borobudur

Perjalanan Spiritual Penuh Tantangan: Biksu Thudong Tempuh Ribuan Kilometer dengan Kaki

Perjuangan spiritual yang mendalam diiringi dengan ujian fisik yang berat, itulah yang dialami oleh 36 biksu Thudong dalam perjalanan mereka dari Thailand menuju Candi Borobudur. Selama empat bulan, mereka berjalan kaki melintasi berbagai wilayah, menghadapi tantangan cuaca ekstrem, medan sulit, dan cedera fisik. Perjalanan ini bukan sekadar perpindahan geografis, melainkan sebuah laku spiritual yang menguji ketahanan mental dan fisik para biksu.

Kisah perjalanan para biksu ini sungguh menginspirasi. Bayangkan saja, ribuan kilometer ditempuh dengan berjalan kaki. Kondisi fisik yang prima menjadi modal utama, namun tekad dan keyakinan yang kuat menjadi bahan bakar yang mendorong mereka untuk terus melangkah. Ketua Umum Thudong 2025 Committee, Welly Widadi, mengungkapkan bahwa para biksu menghadapi berbagai tantangan selama perjalanan, termasuk luka-luka pada kaki. Bahkan, beberapa biksu harus menjahit sendiri luka mereka karena keterbatasan akses ke fasilitas medis, terutama saat melintasi wilayah hutan dan perkebunan di Thailand dan Malaysia.

Semangat Pantang Menyerah dan Sambutan Hangat Masyarakat

Meski menghadapi berbagai kesulitan, para biksu tetap menunjukkan semangat pantang menyerah. Pengalaman mengikuti Thudong sebelumnya, baik di Indonesia maupun negara lain seperti Thailand, Nepal, dan India, telah membekali mereka dengan mental yang kuat dan kemampuan untuk mengatasi situasi ekstrem. Bagi para biksu, tantangan fisik merupakan bagian dari latihan batin dan spiritual.

Perjalanan di Indonesia memberikan kesan tersendiri bagi para biksu. Selain cuaca yang relatif lebih bersahabat dibandingkan dengan wilayah lain, sambutan hangat dan antusias dari masyarakat di sepanjang jalan memberikan semangat tambahan. Welly Widadi menuturkan bahwa keramahan masyarakat Indonesia membuat para biksu merasa bahagia dan termotivasi untuk menyelesaikan perjalanan.

Pengamanan ketat yang dilakukan oleh TNI, Polri, dan Laskar Macan Ali di sepanjang rute perjalanan juga memberikan rasa aman dan nyaman bagi para biksu. Dukungan dari berbagai pihak ini menjadi faktor penting dalam kelancaran dan keselamatan perjalanan Thudong.

Perjalanan spiritual ini dijadwalkan akan berakhir pada 10 Mei di Candi Borobudur. Setelah singgah di beberapa kota, para biksu akan mengikuti prosesi Waisak di Candi Borobudur, menandai puncak dari perjalanan panjang dan penuh makna ini.

Rangkaian Kegiatan Akhir Perjalanan

  • Singgah di Beberapa Kota: Sebelum mencapai Candi Borobudur, rombongan biksu akan singgah di beberapa kota seperti Ungaran, Ambarawa, dan Magelang Kota.
  • Prosesi Waisak: Para biksu akan mengikuti prosesi Waisak di Candi Borobudur.
  • Naik Stupa: Sebagai bagian dari ritual, para biksu akan naik ke stupa Candi Borobudur.

Perjalanan Thudong ini bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang mendalam. Ketahanan fisik dan mental para biksu diuji sepanjang perjalanan, namun semangat dan keyakinan mereka tetap membara. Sambutan hangat dari masyarakat Indonesia menjadi penyemangat tambahan bagi para biksu untuk menyelesaikan perjalanan mereka dengan sukses.