Eksploitasi Algoritma dalam Politik: Studi Kasus Asia Tenggara

Era digital telah membawa perubahan signifikan dalam lanskap politik, khususnya di Asia Tenggara. Profesor Merlyna Lim, seorang ahli media digital dan masyarakat global, menyoroti bagaimana politisi semakin memanfaatkan algoritma media sosial dan kecerdasan buatan (AI) untuk memengaruhi opini publik dan memenangkan dukungan. Dalam diskusi buku yang diadakan di Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, Lim memaparkan temuannya tentang manipulasi algoritma yang berdampak pada pilihan politik masyarakat.

Praktik yang disebut Lim sebagai "politik sundel bolong" merujuk pada strategi pencitraan yang menutupi rekam jejak negatif politisi dengan tampilan digital yang menarik. Pemanfaatan AI dan deepfake memungkinkan para politisi untuk memoles citra mereka secara digital, menciptakan kesan yang jauh berbeda dari realitas. Didukung oleh sumber daya finansial yang besar, kampanye pencitraan ini menjadi semakin efektif dalam memanipulasi emosi masyarakat.

Manipulasi Digital dan Dampaknya

Lim menekankan bahwa strategi ini terbukti berhasil di beberapa negara Asia Tenggara. Masa lalu yang kelam atau kontroversial dapat ditutupi atau direkonstruksi melalui kampanye media sosial yang canggih. Hal ini menjadi perhatian serius, terutama mengingat rendahnya literasi sejarah dan daya kritis di kalangan generasi muda, khususnya pemilih pemula (first-time voter).

Tantangan Literasi dan Respons Akar Rumput

Kurangnya pemahaman sejarah dan kemampuan berpikir kritis membuat Gen Z rentan terhadap manipulasi informasi. Negara-negara seperti Filipina, Indonesia, Kamboja, dan Thailand menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan literasi digital dan kesadaran politik di kalangan pemuda.

Untuk mengatasi dominasi algoritma dan melawan manipulasi politik, Lim mendorong pembangunan jejaring akar rumput yang berfokus pada peningkatan nalar kritis publik. Pendidikan, baik formal maupun informal, memainkan peran penting dalam membekali masyarakat dengan kemampuan untuk menganalisis informasi secara independen dan menghindari "pembajakan" oleh viralitas algoritma.

Langkah Strategis Menghadapi Era Digital

Berikut beberapa langkah strategis yang dapat diambil untuk menghadapi tantangan ini:

  • Peningkatan Literasi Digital: Mengembangkan program pendidikan yang komprehensif untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam membedakan informasi yang akurat dan menyesatkan.
  • Pengembangan Nalar Kritis: Mendorong diskusi dan analisis kritis terhadap isu-isu politik dan sosial, baik di lingkungan pendidikan maupun masyarakat umum.
  • Dukungan untuk Jurnalisme Independen: Memastikan keberadaan media yang independen dan berkualitas untuk memberikan informasi yang akurat dan berimbang.
  • Regulasi Algoritma: Mendorong pengembangan regulasi yang transparan dan akuntabel untuk membatasi manipulasi algoritma.
  • Penguatan Masyarakat Sipil: Mendukung organisasi masyarakat sipil yang bekerja untuk meningkatkan kesadaran politik dan mendorong partisipasi aktif warga negara.