IHSG Mengawali Perdagangan dengan Kenaikan, Rupiah Tertekan di Pasar Spot

Sentimen Pasar Sambut Pertemuan AS-China, IHSG Bergerak Positif

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan tren positif pada pembukaan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (9/5/2025). Pergerakan ini terjadi di tengah antisipasi pasar terhadap pertemuan penting antara perwakilan Amerika Serikat (AS) dan China. Data dari RTI mencatat, pada pukul 09.02 WIB, IHSG berada di level 6.857,87, mencerminkan kenaikan sebesar 30,12 poin atau 0,44% dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di 6.827,75.

Dominasi penguatan terlihat pada 210 saham, sementara 138 saham mengalami penurunan. Sebanyak 205 saham tercatat stagnan. Nilai transaksi yang terjadi hingga saat ini mencapai Rp 406,37 miliar dengan volume 814,59 juta saham.

Maximilianus Nico Demus, Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, menyampaikan bahwa optimisme pasar didorong oleh pernyataan Presiden AS mengenai potensi kemajuan dalam pertemuan dengan China. Harapan akan konsesi dari China dan pertimbangan pemotongan tarif oleh AS menjadi faktor yang memicu sentimen positif. Pertemuan antara Menteri Keuangan AS dan Perwakilan Kementerian Perdagangan AS dengan Wakil Perdana Menteri China menjadi agenda penting yang dinantikan.

Secara teknikal, Pilarmas Investindo Sekuritas memperkirakan IHSG akan mengalami pelemahan terbatas dengan level support dan resistance di rentang 6.700 – 6.980. Dalam jangka pendek, IHSG berpotensi menguji area resistance di kisaran 6.870 hingga 6.890. Namun, jika indeks bergerak di bawah 6.824, koreksi berisiko berlanjut hingga level 6.765.

Kinerja bursa regional Asia juga menunjukkan variasi. Strait Times naik 0,37%, sementara Shanghai Composite mengalami penurunan 0,13%. Nikkei 225 dan Hang Seng masing-masing mencatatkan kenaikan sebesar 1,36% dan 0,37%.

Rupiah Tertekan di Tengah Sentimen Global

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami tekanan di pasar spot pagi ini. Data Bloomberg menunjukkan bahwa pada pukul 09.08 WIB, rupiah berada pada level Rp 16.548 per dolar AS, melemah 46,5 poin atau 0,28% dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di Rp 16.502 per dolar AS.

Ibrahim Assuaibi, pengamat pasar uang dan komoditas, menyoroti pertemuan antara Menteri Keuangan AS dan pejabat ekonomi China di Swiss sebagai faktor penting dalam negosiasi terkait perang dagang. Dampak dari sengketa perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia ini berpotensi menurunkan pertumbuhan konsumsi minyak mentah.

Presiden AS juga mengindikasikan kesiapan China untuk memulai perundingan perdagangan, meskipun dengan catatan bahwa AS belum bersedia memangkas tarif tinggi terhadap barang-barang Tiongkok.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa cadangan devisa Indonesia pada April 2025 mencapai 152,5 miliar dolar AS, mengalami penurunan dibandingkan posisi Maret 2025 sebesar 157,1 miliar dolar AS. Penurunan ini dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global.

Perdagangan hari ini diperkirakan akan menunjukkan fluktuasi pada nilai tukar rupiah, dengan potensi ditutup melemah di rentang Rp 16.490-Rp16.550.