Puluhan Siswa dan Guru di Bogor Masih Jalani Perawatan Akibat Dugaan Keracunan Program Makan Bergizi Gratis

Dampak dari dugaan keracunan massal usai mengonsumsi program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Bogor masih terasa. Wakil Wali Kota Bogor, Jenal Mutakin, menyampaikan bahwa hingga saat ini, 21 siswa dan guru masih harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.

Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mengambil langkah cepat dengan menanggung seluruh biaya perawatan bagi para korban yang terdampak. Jenal Mutakin menegaskan bahwa Pemkot tidak akan membiarkan warga Bogor kesulitan dalam mendapatkan akses kesehatan.

"Saat ini masih ada 21 orang yang dirawat di rumah sakit. Total ada 171 orang yang diduga mengalami keracunan setelah mengonsumsi MBG," ungkap Jenal saat menjenguk para korban di salah satu rumah sakit di Bogor, Jumat (9/5/2025).

Jenal menambahkan bahwa Pemkot Bogor akan memastikan seluruh biaya pengobatan ditanggung, terutama bagi mereka yang tidak memiliki asuransi kesehatan. Pemkot akan mengoptimalkan berbagai program seperti Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), Unit Akselerasi Kesehatan (UAC), hingga pendaftaran BPJS Kesehatan.

"Bagi yang tidak memiliki asuransi atau BPJS, Pemkot akan menanggung biayanya. Jangan khawatir, semua biaya akan ditanggung oleh Pemkot," tegasnya.

Pemkot Bogor juga terus memantau kondisi siswa dan guru yang saat ini menjalani rawat jalan. Jenal mengimbau kepada para orang tua untuk segera melaporkan jika anak-anak mereka masih mengalami keluhan setelah mengonsumsi MBG.

"Bagi yang sudah rawat jalan, secara medis sudah dinyatakan sehat. Namun, kami tetap terbuka jika ada keluhan. Kami harap orang tua tetap membawa anak-anak mereka ke rumah sakit jika diperlukan," kata Jenal.

Dari total 171 orang yang diduga keracunan, sebagian merupakan guru yang turut mencicipi menu MBG sebagai bagian dari Standar Operasional Prosedur (SOP). Hal ini dilakukan untuk memastikan kualitas dan keamanan makanan sebelum diberikan kepada siswa.

"Guru wajib mencoba makanan sebelum dikonsumsi oleh murid. Ini adalah SOP yang diberikan oleh Badan Gizi Nasional (BGN). Akibatnya, guru juga ikut terdampak keracunan," jelas Jenal.

Sebelumnya, Dinas Kesehatan Kota Bogor mencatat adanya peningkatan jumlah siswa TK, SD, dan SMP yang mengalami keracunan setelah mengonsumsi MBG. Data terbaru menunjukkan bahwa total ada 171 siswa yang menjadi korban.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) lanjutan di 13 sekolah, berkoordinasi dengan puskesmas, dan rumah sakit untuk pengambilan sampel muntahan pasien yang dirawat inap.

Pihak berwenang juga telah mengambil sampel air minum isi ulang, usap tray, usap wadah makanan, dan usap dubur penjamah makanan untuk diuji di laboratorium. Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab pasti keracunan dan mencegah kejadian serupa di masa depan.

Pemerintah Kota Bogor terus berupaya untuk menangani dampak keracunan MBG dan memastikan kesehatan seluruh warga Bogor.