Kapolri Tekankan Peran Film 'Sayap-Sayap Patah 2' dalam Edukasi Pencegahan Radikalisme
Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, menghadiri pemutaran khusus film "Sayap-Sayap Patah 2: Olivia" pada Jumat (9/5/2025) di Plaza Senayan, Jakarta. Usai menyaksikan film tersebut, Kapolri menekankan pentingnya media film sebagai sarana edukasi publik dalam mencegah penyebaran paham radikalisme.
"Film ini menjadi pengingat yang kuat akan bahaya laten radikalisme. Kita harus terus waspada dan bersama-sama melindungi lingkungan dari pengaruh ideologi yang merusak," ujar Jenderal Sigit.
Film "Sayap-Sayap Patah 2: Olivia" mengisahkan perjuangan seorang anggota Detasemen Khusus 88 Anti Teror (Densus 88 AT) Polri bernama Pandu, dalam menyeimbangkan tugas negara yang penuh risiko dengan perannya sebagai seorang ayah tunggal.
"Saya sangat mengapresiasi film ini yang menggambarkan realita tugas yang diemban anggota Polri, khususnya rekan-rekan di Densus 88, yang seringkali menghadapi tantangan berat," lanjut Kapolri.
Menurut Kapolri, film ini tidak hanya menjadi media edukasi tentang bahaya terorisme, tetapi juga memberikan gambaran tentang pengorbanan yang harus dilakukan oleh anggota Polri.
"Film ini menunjukkan betapa sulitnya menjadi seorang polisi, yang seringkali kesulitan untuk bertemu keluarga karena tuntutan tugas yang sangat berat. Namun, di sisi lain, kita juga melihat semangat anggota Polri yang tidak pernah padam dalam menjaga keamanan masyarakat, siang dan malam," jelasnya.
Acara nonton bareng tersebut juga dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi Polri, antara lain:
- Wakapolri Komjen Ahmad Dofiri
- Kabareskrim Komjen Wahyu Widada
- Astamaops Komjen Akhmad Wiyagus
- Kadiv Propam Irjen Abdul Karim
- Kakortas Tipikor Irjen Cahyono Wibowo
- Kakorlantas Irjen Agus Suryonugroho
- Kadensus 88 AT Irjen Sentot Prasetyo
Film "Sayap-Sayap Patah 2: Olivia" merupakan sekuel yang diproduksi oleh Denny Siregar Production, dengan Ferry Fei Irawan sebagai sutradara. Arya Saloka didapuk sebagai pemeran utama, memerankan karakter Pandu, seorang anggota Densus 88. Film ini menawarkan pendekatan yang lebih personal, dengan alur cerita yang menggabungkan ketegangan aksi dengan sentuhan drama keluarga yang menyentuh.
Kisah film ini berfokus pada kehidupan Pandu setelah kehilangan istrinya, dan bagaimana ia berjuang untuk menjalankan tugas sebagai penegak hukum sekaligus membesarkan putrinya, Olivia, yang diperankan oleh Myesha Lin. Pandu kemudian terlibat dalam konflik yang melibatkan dendam ideologis antara pimpinan kelompok teroris lama, Leong (diperankan oleh Iwa K), dan atasannya sendiri, Sadikin. Hal ini menempatkan Pandu dalam posisi yang sulit dan berbahaya.
Pandu ditugaskan oleh Sadikin untuk menangani kasus tersebut dan menyelidiki jejak Leong, yang membuatnya semakin jarang berada di sisi Olivia. Ancaman terhadap Pandu semakin meningkat setelah wajahnya terekspos dalam operasi penyergapan, menjadikannya target balas dendam kelompok teroris. Ia harus membuat pilihan sulit antara menjalankan tugas negara atau melindungi keselamatan putrinya dari ancaman teroris.
Film fiksi drama ini terinspirasi dari peristiwa nyata, yaitu serangan bom molotov di Gereja Oikumene Samarinda pada tahun 2016.