Evaluasi APBD 2025: Mendagri Soroti Variasi Realisasi di Tingkat Daerah
Mendagri Evaluasi Realisasi APBD 2025: Peran Daerah dalam Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian menyoroti disparitas realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di berbagai wilayah Indonesia. Penekanan ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi Percepatan Realisasi APBD Tahun 2025 yang melibatkan seluruh pemerintah daerah secara virtual, terpusat dari Kantor Kementerian Dalam Negeri di Jakarta.
Dalam arahannya, Mendagri Tito Karnavian menekankan esensi belanja pemerintah daerah sebagai stimulus signifikan bagi pertumbuhan ekonomi. Belanja daerah, menurutnya, memicu perputaran uang yang lebih tinggi di masyarakat, yang pada gilirannya memperkuat daya beli. Efek domino dari peningkatan belanja pemerintah daerah ini diharapkan dapat menjadi katalis bagi sektor swasta untuk berkembang.
"Pertumbuhan ekonomi sangat didukung konsumsi rumah tangga selain faktor-faktor lain, 50 persen lebih adalah konsumsi rumah tangga," ujar Tito Karnavian, menyoroti signifikansi konsumsi domestik terhadap ekonomi secara keseluruhan.
Mendagri juga mengapresiasi daerah-daerah yang menunjukkan kinerja realisasi APBD yang tinggi, sekaligus memberikan catatan khusus bagi daerah-daerah yang realisasinya masih rendah. Data yang diolah Kementerian Dalam Negeri hingga 7 Mei 2025 menunjukkan variasi yang signifikan antar daerah.
Realisasi Pendapatan Daerah: Gambaran Tingkat Provinsi, Kabupaten, dan Kota
Berikut adalah daftar 10 daerah dengan realisasi pendapatan tertinggi di berbagai tingkatan:
Provinsi:
- Papua Tengah (39,08%)
- Kalimantan Barat (35,92%)
- Jawa Barat (32,94%)
- Sumatera Utara (30,65%)
- Daerah Istimewa Yogyakarta (29,76%)
- Sulawesi Selatan (29,11%)
- Gorontalo (28,84%)
- Kalimantan Utara (28,76%)
- Kepulauan Bangka Belitung (27,64%)
- Bali (27,50%)
Kabupaten:
- Sumbawa Barat (46,96%)
- Tanah Laut (37,04%)
- Ciamis (36,34%)
- Barito Kuala (35,08%)
- Garut (34,70%)
- Ponorogo (34,48%)
- Melawi (34,17%)
- Puncak (33,89%)
- Malang (33,70%)
- Magetan (33,19%)
Kota:
- Denpasar (34,52%)
- Baubau (33,95%)
- Banjarbaru (33,80%)
- Bukittinggi (33,33%)
- Batam (32,80%)
- Padang Panjang (32,67%)
- Banjar (32,53%)
- Tangerang Selatan (32,44%)
- Cimahi (30,95%)
- Payakumbuh (30,75%)
Sementara itu, berikut adalah daftar 10 daerah dengan realisasi pendapatan terendah:
Provinsi:
- Papua Pegunungan (7,24%)
- Lampung (8,83%)
- Papua Barat Daya (9,25%)
- Bengkulu (9,85%)
- Papua (11,37%)
- Riau (12,34%)
- Jawa Tengah (12,72%)
- Aceh (13,30%)
- Papua Barat (15,96%)
- Sulawesi Barat (16,51%)
Kabupaten:
- Batanghari (0,14%)
- Jayawijaya (0,35%)
- Lumajang (1,11%)
- Empat Lawang (2,38%)
- Mimika (3,14%)
- Semarang (3,81%)
- Cilacap (4,24%)
- Pakpak Bharat (4,31%)
- Aceh Tenggara (6,12%)
- Aceh Selatan (6,28%)
Kota:
- Tual (0,19%)
- Subulussalam (7,38%)
- Yogyakarta (9,37%)
- Pematangsiantar (10,54%)
- Sungai Penuh (13,49%)
- Samarinda (14,45%)
- Bontang (14,62%)
- Tebing Tinggi (14,82%)
- Lhokseumawe (14,88%)
- Cirebon (15,72%)
Realisasi Belanja Daerah: Tingkat Provinsi, Kabupaten, dan Kota
Berikut adalah daftar 10 provinsi dengan realisasi belanja tertinggi:
- Jawa Barat (21,91%)
- Daerah Istimewa Yogyakarta (21,73%)
- Sumatera Utara (20,64%)
- Banten (20,16%)
- Kepulauan Bangka Belitung (20,08%)
- Nusa Tenggara Barat (19,70%)
- Sulawesi Barat (18,84%)
- Gorontalo (18,45%)
- DKI Jakarta (18,00%)
- Sulawesi Selatan (17,65%)
Kabupaten:
- Ciamis (33,42%)
- Pati (27,74%)
- Banyuwangi (27,06%)
- Sumbawa Barat (26,23%)
- Madiun (25,85%)
- Purbalingga (25,43%)
- Aceh Besar (25,39%)
- Wonogiri (25,35%)
- Bantul (25,15%)
- Ponorogo (24,96%)
Kota:
- Dumai (24,99%)
- Ternate (24,35%)
- Salatiga (23,83%)
- Cimahi (23,59%)
- Banjar (23,48%)
- Padang Panjang (23,34%)
- Banda Aceh (22,80%)
- Serang (22,77%)
- Batam (22,51%)
- Sukabumi (21,98%)
Sementara itu, berikut adalah daftar 10 provinsi dengan realisasi belanja terendah:
- Papua Tengah (4,69%)
- Lampung (5,67%)
- Papua Selatan (5,90%)
- Papua Barat (6,88%)
- Jawa Tengah (6,99%)
- Kalimantan Timur (7,39%)
- Sumatera Selatan (9,59%)
- Papua Barat Daya (9,65%)
- Riau (10,87%)
- Aceh (11,13%)
Kabupaten:
- Empat Lawang (1,69%)
- Buton Selatan (1,91%)
- Mamberamo Raya (2,17%)
- Keerom (2,41%)
- Lebong (2,45%)
- Dogiyai (2,51%)
- Lumajang (2,54%)
- Boven Digoel (3,08%)
- Muara Enim (3,35%)
- Aceh Selatan (3,40%)
Kota:
- Subulussalam (3,95%)
- Yogyakarta (6,39%)
- Pematangsiantar (7,91%)
- Samarinda (9,48%)
- Gunungsitoli (10,24%)
- Cirebon (10,71%)
- Tual (11,83%)
- Pagar Alam (12,30%)
- Sungai Penuh (12,57%)
- Tanjung Balai (13,26%)
Dukungan terhadap Program Makan Bergizi Gratis
Selain evaluasi APBD, Mendagri Tito Karnavian juga menyoroti peran aktif pemerintah daerah dalam mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG). Bentuk dukungan ini diwujudkan melalui penerbitan Surat Edaran (SE) Nomor 500.12/2119/SJ tentang Dukungan Pemerintah Daerah dalam Penyediaan Tanah untuk Pembangunan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi.
"Tentunya, kami harus dorong, kita dukung Kepala Badan Gizi Nasional agar terjadi percepatan untuk realisasi, artinya program-program beliau harus bisa dipercepat," tegas Mendagri, menunjukkan komitmen pemerintah pusat untuk mempercepat realisasi program-program terkait gizi.
Rapat koordinasi ini dihadiri oleh berbagai pihak penting, termasuk Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana, Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Hendrar Prihadi, dan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti. Kehadiran para pemangku kepentingan ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengawal realisasi APBD dan program-program prioritas nasional.