Berkah CFD Jakarta: Kisah Sukses Pedagang Otak-Otak Meraih Omzet Jutaan Rupiah

Jakarta, sebuah kota metropolitan yang tak pernah tidur, selalu menawarkan cerita menarik, terutama di setiap akhir pekan. Di tengah hiruk pikuk Car Free Day (CFD) Jakarta, yang menjadi oase bagi warga untuk berolahraga dan bersantai, terselip kisah seorang pedagang kaki lima bernama Dodi, yang sukses menjajakan otak-otak ikan dengan omzet fantastis.

Dodi, seorang pria berusia 50 tahun, telah lama menggantungkan hidupnya dari berjualan otak-otak. Setiap hari, ia mangkal di depan Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta Barat. Namun, khusus di hari Minggu, Dodi memilih untuk mengawali hari dengan menjajakan dagangannya di kawasan CFD Jakarta, tepatnya di sekitar Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat. Keputusan ini diambil karena Dodi menyadari potensi besar yang ditawarkan CFD.

"Kalau di sana (rumah sakit), hari Minggu tuh agak sepi. Karena kan pada libur. Dokternya, karyawannya kan juga libur. Paling keluarga pasien aja yang beli," ujar Dodi, menjelaskan alasannya memilih CFD sebagai lokasi alternatif berjualan.

Strategi Dodi terbukti jitu. Di CFD, ia bisa menjangkau lebih banyak pembeli, mulai dari para peserta olahraga, keluarga yang sedang bersantai, hingga wisatawan yang ingin mencicipi kuliner khas Jakarta. Dodi mengaku, otak-otak yang ia jual adalah hasil produksi sendiri. Dalam sehari, ia mampu menjual lebih dari 600 bungkus, dengan omzet mencapai Rp 1 juta. Sebuah angka yang fantastis bagi seorang pedagang kaki lima.

Salah satu kunci sukses Dodi adalah cita rasa otak-otaknya yang khas. Satu porsi otak-otak terdiri dari tujuh potong yang dibakar dalam balutan daun pisang, kemudian disiram dengan bumbu kacang yang menggugah selera. Selain itu, Dodi juga menawarkan varian goreng berbentuk bulat, yang menjadi favorit anak-anak. Harga yang terjangkau juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembeli.

Meski harus membayar biaya operasional kepada pengelola CFD, Dodi tidak merasa keberatan. Ia menganggap biaya tersebut sangat ringan, hanya berkisar antara Rp 2.000 hingga Rp 5.000 per hari. Sementara itu, di lokasi tetapnya di RS Harapan Kita, Dodi membayar Rp 250.000 per bulan kepada pengelola. Namun, dengan omzet yang cukup besar, Dodi menganggap biaya tersebut sebanding dengan hasil yang ia dapatkan.

CFD Jakarta memang bukan hanya sekadar ruang publik untuk berolahraga dan bersantai. Lebih dari itu, CFD telah menjadi wadah bagi para pelaku UMKM untuk mengembangkan usaha mereka. Selain Dodi, banyak pedagang lain yang turut meramaikan CFD dengan menjajakan berbagai macam barang, mulai dari makanan, pakaian, hingga mainan anak-anak.

CFD Jakarta sendiri berlangsung setiap Minggu pagi, dari pukul 06.00 WIB hingga 10.00 WIB, membentang dari Jalan Sudirman hingga Jalan MH Thamrin. Akses menuju lokasi CFD pun sangat mudah, dapat dijangkau dengan berbagai moda transportasi umum, seperti KRL (Stasiun Sudirman, BNI City), MRT (Stasiun Dukuh Atas, Bundaran HI), dan Transjakarta.

Kisah sukses Dodi, pedagang otak-otak di CFD Jakarta, menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ia membuktikan bahwa dengan kerja keras, kreativitas, dan strategi yang tepat, siapa pun bisa meraih kesuksesan, bahkan di tengah persaingan yang ketat sekalipun. CFD Jakarta, dengan segala potensi yang dimilikinya, telah menjadi lahan subur bagi para pelaku UMKM untuk mewujudkan impian mereka.