Wisuda SMK di Purwokerto Jadi Sorotan: Sekolah Berikan Penjelasan Mengenai Tradisi yang Dianggap Mirip Perguruan Tinggi
Sebuah video yang menampilkan prosesi wisuda di SMK Citra Bangsa Mandiri (CBM) Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, baru-baru ini menjadi perbincangan hangat di media sosial. Acara wisuda tersebut menuai beragam komentar dari warganet, terutama karena konsep dan pelaksanaannya dinilai menyerupai wisuda di perguruan tinggi.
Dalam video yang beredar, terlihat para guru mengenakan toga lengkap dengan atribut wisuda, layaknya para dosen saat mewisuda mahasiswanya. Hal ini memicu rasa penasaran dan pertanyaan dari banyak pihak mengenai alasan dan tujuan di balik konsep wisuda yang berbeda dari biasanya.
Kepala SMK CBM, Prisillia Mutiara Sari, memberikan klarifikasi terkait video wisuda yang viral tersebut. Ia menjelaskan bahwa prosesi wisuda yang dilaksanakan merupakan bentuk apresiasi dan penghormatan kepada para siswa, guru, serta orang tua yang telah bersama-sama berjuang dalam proses pendidikan.
"Wisuda ini adalah wujud rasa hormat dan penghargaan kami kepada seluruh siswa, guru, dan tentunya orang tua yang telah memberikan dukungan penuh selama ini," ujar Prisillia.
Prisillia juga menambahkan bahwa tradisi wisuda dengan konsep seperti ini telah berlangsung sejak tahun 2013 dan menjadi agenda rutin tahunan sekolah. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini telah disosialisasikan kepada siswa dan orang tua sejak awal, sehingga mereka telah mengetahui dan memahami konsep wisuda yang akan dilaksanakan.
"Kegiatan wisuda ini sudah menjadi tradisi di sekolah kami sejak tahun 2013. Ini merupakan bagian dari agenda pendidikan sekolah, dan orang tua serta siswa sudah mengetahuinya sejak awal," jelas Prisillia.
Sekolah juga secara terbuka mempublikasikan acara wisuda ini melalui berbagai saluran media, termasuk media massa dan akun media sosial resmi SMK CBM. Hal ini dilakukan sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas sekolah kepada publik.
Mengenai penggunaan atribut wisuda, Prisillia menyatakan bahwa tidak ada aturan yang secara eksplisit melarang atau mengatur penggunaan atribut tersebut. Menurutnya, penggunaan atribut wisuda merupakan simbol dan tidak melanggar peraturan yang berlaku.
"Penggunaan atribut wisuda merupakan simbol bagi kami, dan sejauh ini tidak ada aturan yang melarangnya," kata Prisillia.
Namun demikian, Prisillia menegaskan bahwa pihak sekolah terbuka terhadap masukan dan kritik konstruktif dari masyarakat. Ia menyatakan bahwa sekolah akan mempertimbangkan dan mengevaluasi setiap kegiatan yang dilaksanakan demi meningkatkan kualitas pelayanan dan mutu pendidikan.
"Kami sangat terbuka terhadap saran dan kritik yang membangun dari masyarakat. Tentu saja, kami akan mempertimbangkan dan mengevaluasi setiap kegiatan yang kami laksanakan demi peningkatan kualitas pendidikan di sekolah ini," pungkas Prisillia.
SMK CBM sendiri melaksanakan wisuda bagi 326 siswa kelas 3 pada Kamis, 8 Mei 2025 lalu di gedung serba guna milik sekolah. Acara tersebut dihadiri oleh seluruh siswa yang diwisuda, orang tua, guru, serta tamu undangan lainnya.
Kontroversi mengenai wisuda SMK yang mirip dengan perguruan tinggi ini memicu diskusi dan perdebatan di kalangan masyarakat. Sebagian pihak menganggap bahwa konsep wisuda seperti ini tidak sesuai dengan jenjang pendidikan SMK, sementara sebagian lainnya menganggapnya sebagai bentuk apresiasi yang positif kepada siswa dan guru.
Terlepas dari pro dan kontra yang ada, pihak SMK CBM telah memberikan penjelasan dan klarifikasi mengenai konsep wisuda yang mereka laksanakan. Sekolah juga terbuka terhadap masukan dan kritik dari masyarakat demi perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan di masa mendatang.