Investigasi Mendalam TNI AD Terkait Ledakan Amunisi di Garut: Keterlibatan Sipil Jadi Sorotan

Paska insiden ledakan saat proses disposal amunisi di Desa Sagara, Garut, Jawa Barat, pada Senin (12/5/2025), Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) menegaskan komitmennya untuk melakukan investigasi secara komprehensif. Penyelidikan ini dilakukan untuk mengungkap penyebab ledakan dan juga menanggapi berbagai informasi yang beredar di masyarakat, termasuk klaim mengenai peran warga sipil dalam proses pemusnahan amunisi tersebut.

Brigadir Jenderal TNI Wahyu Yudhayana, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad), menyatakan bahwa proses investigasi masih berlangsung dan belum ada kesimpulan yang dapat dipublikasikan saat ini. TNI AD menghormati proses investigasi dan akan menyampaikan informasi lebih lanjut setelah tim investigasi menyelesaikan tugasnya di lapangan. Penegasan ini disampaikan sebagai respons atas pernyataan keluarga korban yang membantah bahwa anggota keluarga mereka adalah pemulung. Keluarga korban justru menyatakan bahwa korban bekerja membantu TNI dalam pemusnahan amunisi.

Pernyataan Kadispenad ini muncul setelah adanya klaim dari aparatur desa setempat yang menyatakan bahwa warga tidak hanya sekadar memulung sisa-sisa logam dari lokasi pemusnahan amunisi. Menurut mereka, warga dilibatkan secara aktif dalam proses tersebut. Agus (55), kakak kandung dari Rustiwan, salah satu korban meninggal dunia, dengan tegas menolak anggapan bahwa adiknya adalah seorang pemulung. Agus mengungkapkan bahwa Rustiwan telah bekerja selama kurang lebih 10 tahun membantu TNI dalam pemusnahan amunisi kedaluwarsa, tidak hanya di Garut, tetapi juga di berbagai lokasi lain seperti Yogyakarta.

Merespons klaim tersebut, Brigjen TNI Wahyu Yudhayana tidak memberikan komentar spesifik. Namun, beliau menekankan bahwa semua aspek, termasuk kemungkinan keterlibatan pihak sipil dalam proses pemusnahan amunisi, akan menjadi bagian integral dari investigasi yang sedang berjalan. Investigasi ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas dan akurat mengenai peristiwa yang terjadi, serta memberikan kejelasan mengenai peran dan tanggung jawab masing-masing pihak.

Sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayor Jenderal Kristomei Sianturi, menyampaikan bahwa warga yang menjadi korban ledakan amunisi di Garut diduga sedang mengumpulkan sisa-sisa amunisi seperti bekas granat dan mortir. Pernyataan ini memicu berbagai reaksi dan pertanyaan dari masyarakat, sehingga TNI AD merasa perlu untuk melakukan investigasi yang mendalam dan transparan.

Insiden ledakan amunisi di Garut ini mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, baik dari kalangan prajurit TNI maupun warga sipil. Tercatat empat prajurit TNI dan sembilan warga sipil meninggal dunia akibat ledakan tersebut. Peristiwa ini menjadi perhatian serius bagi TNI AD dan pemerintah, serta memicu keprihatinan dari masyarakat luas.