Studi Ungkap Bahaya Hukuman Fisik pada Anak di Negara Berpenghasilan Rendah dan Menengah
Orang tua di seluruh dunia, khususnya di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (LMIC), perlu mempertimbangkan kembali penggunaan hukuman fisik terhadap anak. Sebuah studi komprehensif baru-baru ini menyoroti dampak negatif yang signifikan dari praktik ini terhadap kesehatan, performa akademik, dan perkembangan sosial-emosional anak-anak.
Riset yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Human Behaviour pada 5 Mei 2025, menganalisis data dari 195 studi yang melibatkan 92 negara LMIC. Penelitian ini meneliti berbagai aspek perkembangan anak, mulai dari hubungan orang tua-anak hingga kesehatan mental dan fisik, perilaku agresif, dan penggunaan zat terlarang. Temuan studi ini menggarisbawahi bahwa hukuman fisik berkorelasi kuat dengan berbagai hasil negatif.
Definisi Hukuman Fisik
Hukuman fisik, seperti yang didefinisikan oleh PBB, mencakup tindakan kekerasan yang bertujuan menimbulkan rasa sakit pada anak-anak. Tindakan ini termasuk menampar, mengguncang, dan memukul. Meskipun banyak negara berpenghasilan tinggi telah melarang praktik ini, penggunaan hukuman fisik masih umum di banyak negara LMIC.
Jorge Cuartas, seorang asisten profesor psikologi terapan di New York University, menekankan bahwa kurangnya data dari negara-negara LMIC sebelumnya menghambat pemahaman yang komprehensif tentang dampak hukuman fisik. Studi terbaru ini berusaha untuk mengisi kesenjangan tersebut.
Dampak Negatif yang Teridentifikasi
Analisis data mengungkapkan bahwa hukuman fisik secara signifikan terkait dengan 16 dari 19 konsekuensi negatif yang diteliti. Ini termasuk:
- Hubungan orang tua-anak yang memburuk
- Peningkatan risiko menjadi korban kekerasan
- Peningkatan kecenderungan melakukan kekerasan, termasuk kekerasan dalam hubungan romantis di masa dewasa
- Penerimaan terhadap kekerasan sebagai solusi
- Masalah kesehatan fisik
- Masalah kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan
- Penyalahgunaan zat
- Prestasi akademik yang buruk
- Gangguan keterampilan berbahasa
- Gangguan fungsi eksekutif (kemampuan perencanaan dan pengambilan keputusan)
- Defisit dalam keterampilan sosial-emosional
- Masalah perilaku secara umum
- Masalah perilaku internalisasi (menarik diri, merasa sedih)
- Masalah perilaku eksternalisasi (agresi, perilaku merusak)
- Gangguan perkembangan anak usia dini
- Kualitas tidur yang buruk
Studi ini tidak menemukan korelasi antara hukuman fisik dan peningkatan keterampilan kognitif, keterampilan motorik, atau pengurangan pekerja anak. Yang terpenting, penelitian ini tidak menemukan hasil positif apa pun yang terkait dengan hukuman fisik.
Implikasi dan Rekomendasi
Temuan dari studi ini dengan jelas menunjukkan bahwa hukuman fisik berbahaya bagi anak-anak dan remaja di negara-negara LMIC. Para peneliti menyerukan upaya global untuk mencegah hukuman fisik dan memastikan bahwa anak-anak dilindungi dari segala bentuk kekerasan. Mereka menekankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi strategi yang efektif untuk mempromosikan disiplin positif dan mendukung perkembangan anak yang sehat. Penelitian ini memberikan bukti kuat yang mendukung larangan hukuman fisik dan adopsi pendekatan pengasuhan anak yang lebih suportif dan tidak menggunakan kekerasan.
Para ahli merekomendasikan agar orang tua dan pengasuh mencari alternatif disiplin yang lebih efektif, seperti komunikasi yang jelas, penetapan batasan yang konsisten, dan penggunaan penguatan positif untuk mendorong perilaku yang diinginkan. Program pendidikan orang tua dapat berperan penting dalam membekali orang tua dengan keterampilan dan pengetahuan untuk membesarkan anak tanpa menggunakan kekerasan.