Atlet Wanita Meninggal Dunia Saat Kompetisi CrossFit di Tengah Gelombang Panas Meksiko

Kabar duka menyelimuti dunia olahraga setelah seorang atlet wanita berusia 24 tahun, Nayeli Clemente, menghembuskan nafas terakhirnya saat berpartisipasi dalam kompetisi olahraga Cholula Games di San Andrés Cholula, Meksiko. Acara berlisensi CrossFit ini berlangsung pada tanggal 2 Mei lalu, di tengah cuaca ekstrem dengan suhu mencapai 35,5 derajat Celsius (96 derajat Fahrenheit).

Insiden tragis ini terjadi saat Clemente mengikuti nomor lari estafet yang dikenal sebagai Team Pyramid Run. Di tengah perlombaan, ia dilaporkan mengalami kesulitan bernapas hingga akhirnya pingsan. Tim medis yang bertugas segera memberikan pertolongan pertama berupa CPR darurat, dan sempat berhasil menstabilkan kondisinya sebelum ambulans tiba untuk membawanya ke rumah sakit.

Sayangnya, sesaat setelah tiba di rumah sakit, Clemente dinyatakan meninggal dunia. Pihak medis menduga penyebab kematiannya adalah serangan jantung mendadak. Serangan jantung sendiri terjadi ketika organ vital tersebut berhenti memompa darah, menyebabkan organ-organ penting kekurangan oksigen dan berujung pada kematian jika tidak segera ditangani.

Meski belum ada pernyataan resmi dari pihak berwenang mengenai penyebab pasti serangan jantung yang dialami Clemente, dugaan kuat mengarah pada latihan fisik intens yang dilakukan dalam kondisi suhu tinggi. Para ahli medis telah lama memperingatkan risiko berolahraga dalam cuaca panas, yang dapat meningkatkan beban kerja jantung secara signifikan. Panas berlebih memaksa sistem kardiovaskular bekerja lebih keras untuk memompa darah ke permukaan kulit dalam upaya mendinginkan tubuh. Proses ini dapat menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit, yang pada gilirannya dapat mengganggu fungsi jantung dan meningkatkan risiko serangan jantung.

Dr. Hugh Shoff dari UofL Health Emergency Medicine menjelaskan bahwa ketika tubuh gagal mendinginkan diri, organ-organ vital tidak dapat berfungsi dengan baik. Dehidrasi akibat penguapan air dari sistem tubuh mengurangi volume darah yang dapat dipompa, yang pada akhirnya merusak organ-organ tubuh.

Sebuah studi tahun 2010 bahkan menyebutkan bahwa suhu 35 derajat Celsius merupakan batas atas toleransi manusia. Pada suhu tersebut, tubuh kesulitan mendinginkan diri melalui keringat, sehingga meningkatkan risiko serangan jantung.

Pyramid Run, dengan pola lari dan istirahat terstruktur, memang dirancang untuk menguji daya tahan dan kecepatan peserta. Namun, latihan intens seperti ini dapat membebani sistem kardiovaskular dan otot secara berlebihan, menyebabkan kelelahan, keringat berlebih, dan potensi kerusakan organ.

Dr. Emil Hodzovic, seorang dokter dan pelatih kesehatan di Pittsburgh, menyarankan untuk menghindari latihan intens seperti CrossFit saat cuaca terlalu panas. Ia mengingatkan agar segera beristirahat di tempat teduh dan rehidrasi jika mengalami gejala seperti pusing, kulit panas atau merah, penglihatan kabur, kelelahan ekstrem, kelemahan, detak jantung berlebihan, atau muntah. Dr. Hodzovic juga menekankan pentingnya mengonsumsi minuman elektrolit sebelum dan sesudah berolahraga untuk mengganti cairan yang hilang.

Laporan Saksi Mata Ungkap Dugaan Lambatnya Respons Medis

Selain faktor cuaca ekstrem, muncul pula laporan dari para penonton Cholula Games yang menyoroti dugaan lambatnya respons tim medis terhadap kondisi Clemente. Beberapa saksi mata mengklaim bahwa petugas medis mengalami kesulitan saat membawa tandu, dan alat oksigenasi dilaporkan tidak terhubung saat dibutuhkan. Bahkan, ada yang menyebutkan bahwa jumlah paramedis di lokasi kejadian tidak memadai untuk menangani acara sebesar itu, sehingga memicu kritik terhadap pihak penyelenggara.

Menanggapi insiden tragis ini, pihak penyelenggara Cholula Games menyatakan bahwa mereka telah memberikan perawatan medis kepada Clemente dan membawanya ke rumah sakit swasta dalam keadaan hidup. Mereka juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Clemente dan berjanji untuk memberikan dukungan yang dibutuhkan selama masa sulit ini.