Tragedi Ledakan Amunisi di Garut: Sopir Bahan Peledak Jadi Korban, Istri Ungkap Penantian yang Berujung Duka

Ledakan dahsyat yang terjadi di lokasi pemusnahan amunisi kedaluwarsa di Pantai Cibalong, Garut, pada Senin (13/5/2025) telah merenggut nyawa sejumlah orang, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Salah satu korban adalah Endang Rahmat (43), seorang warga Kampung Ciudian, Desa Ciudian, Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut. Ia meninggalkan seorang istri, Dede (38), dan tiga orang anak.

Endang, yang sebelumnya berprofesi sebagai tukang proyek, baru sebulan terakhir ini terlibat dalam pekerjaan pemusnahan amunisi sebagai sopir pengangkut bahan peledak. Dede mengungkapkan bahwa suaminya belum sempat pulang selama 38 hari bekerja karena jarak lokasi yang jauh. Tragisnya, hari kejadian ledakan seharusnya menjadi hari terakhir Endang bekerja dan kembali ke rumah.

"Hari ini peledakan terakhir, harusnya pulang hari ini, ternyata pulang selamanya," ujar Dede dengan pilu.

Diceritakan Dede, sebelum kejadian, ia sempat berencana menjenguk Endang, namun niatnya diurungkan karena pekerjaan suaminya akan segera selesai. Selama bekerja, Endang tinggal di mes yang disediakan di lokasi kejadian.

Kesedihan Dede semakin bertambah karena anak bungsunya yang berusia 3,5 tahun terus mencari ayahnya. Endang selalu menyempatkan diri menelepon anak-anaknya sebelum bekerja. "Malahan anak bungsu saya bilang, 'Kok suara ayah enggak ada hari ini?' Biasanya suka telepon dan video call anak sebelum kerja," ungkap Dede.

Menurut penuturan Dede, terakhir kali ia berkomunikasi dengan Endang adalah pada hari Minggu, sehari sebelum ledakan. Dalam percakapan tersebut, Endang sempat bercerita kepada anak bungsunya bahwa ia sedang bersembunyi karena akan ada ledakan. Dede menggambarkan Endang sebagai sosok yang periang, penyayang keluarga, dan serba bisa.

"Suami itu multitalent banget. Segala bisa, nyanyi hayu, ngaji hayu, pokoknya kerja apa saja mau. Enggak pernah bilang enggak bisa. Namun, saya masih enggak nyangka, serasa mimpi saja," kata Dede.

Dede juga selalu mengingatkan Endang untuk berdoa sebelum bekerja, mengingat risiko pekerjaannya yang tinggi. Ia berharap jenazah suaminya segera dipulangkan dan pihak berwenang dapat memberikan bantuan biaya pendidikan bagi ketiga anaknya.

Dede juga membantah anggapan bahwa suaminya adalah seorang pemulung. Ia menegaskan bahwa Endang adalah seorang sopir yang baru pertama kali bekerja di lokasi tersebut dan belum menerima upah selama sebulan lebih bekerja.