Katering Haji Indonesia di Arab Saudi: Ribuan Porsi Makanan Nusantara Disiapkan dengan Standar Tinggi

Dapur Katering Haji Indonesia Siap Sajikan Ribuan Porsi dengan Cita Rasa Nusantara

Guna memenuhi kebutuhan konsumsi jemaah haji Indonesia selama di Tanah Suci, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi telah menyiapkan 55 dapur katering yang tersebar di berbagai wilayah. Setiap dapur memiliki kapasitas produksi yang signifikan, mampu menghasilkan antara 3.500 hingga 5.000 porsi makanan bercita rasa Nusantara setiap harinya.

Salah satu dapur katering yang menjadi sorotan adalah dapur Ragheeb yang terletak di kawasan Shauqiah, Makkah. Dapur ini menerapkan standar kebersihan dan kualitas gizi yang ketat, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa makanan yang disajikan aman dan sehat bagi para jemaah haji.

Menurut Agung Ilham, Konsultan Tenaga Ahli Konsumsi PPIH Arab Saudi, pengelolaan katering haji dilakukan secara profesional dengan melibatkan tenaga ahli di setiap dapur. Setiap 11 dapur diawasi oleh satu tenaga ahli, sehingga terdapat lima tenaga ahli yang bertugas di Makkah dan dua tenaga ahli di Madinah. Kehadiran tenaga ahli ini bertujuan untuk menjaga kualitas dan standar makanan yang disajikan.

Seluruh bahan makanan yang digunakan dalam proses katering didatangkan langsung dari Indonesia dan diseragamkan untuk seluruh dapur. Hal ini dilakukan untuk memastikan cita rasa makanan tetap autentik dan sesuai dengan selera jemaah haji Indonesia. Sajian makanan tersedia dalam dua pilihan, yaitu makanan siap saji (dalam kemasan kotak) dan prasmanan.

Untuk menjaga standar gizi dan rasa makanan, setiap dapur diwajibkan untuk mengirimkan sampel makanan ke Daker (Daerah Kerja) dan KKHI. Sampel makanan tersebut akan diperiksa gramasinya, rasa, dan kualitasnya secara keseluruhan.

Saat ini, produksi makanan masih berada di angka 500 porsi per hari. Namun, angka ini akan terus meningkat seiring dengan semakin dekatnya puncak ibadah haji. Peningkatan produksi ini dilakukan secara bertahap untuk memastikan kesiapan dapur dalam melayani kebutuhan konsumsi jemaah haji.

Proses Produksi dan Pengawasan Ketat

Proses memasak di dapur katering haji memakan waktu antara 2 hingga 3 jam. Sebagai contoh, untuk menyiapkan makan malam, proses memasak dimulai sekitar pukul 12.00 Waktu Arab Saudi (WAS). Setelah selesai dimasak, makanan akan dikemas dan disimpan di dalam hotbox untuk menjaga kehangatannya. Pada pukul 16.00 WAS, makanan sudah siap dikirim ke hotel-hotel tempat jemaah haji menginap.

Makanan diharapkan sudah sampai di hotel pada pukul 18.00 WAS dan siap untuk dikonsumsi oleh jemaah haji. Namun, untuk makanan siap saji, terdapat batas waktu konsumsi maksimal tiga jam setelah tiba di hotel. Hal ini dilakukan untuk memastikan kualitas dan keamanan makanan tetap terjaga.

Untuk menjamin cita rasa masakan khas Indonesia, para juru masak yang bekerja di dapur katering didatangkan langsung dari Indonesia. Di dapur Ragheeb, terdapat enam juru masak asal Indonesia, di mana dua di antaranya merupakan juru masak profesional dan berpengalaman di bidangnya.

Setiap hari, dapur katering menjalani tiga kali pengecekan makanan, yaitu pada pukul 00.10 WAS untuk makan pagi, pukul 07.00 WAS untuk makan siang, dan pukul 13.00 WAS untuk makan malam. Pengecekan ini dilakukan untuk memastikan bahwa makanan yang disajikan memenuhi standar kualitas dan rasa yang telah ditetapkan.

Dengan pengawasan ketat dan tenaga ahli yang kompeten, katering jemaah haji Indonesia di Arab Saudi terus berupaya untuk menjaga mutu, rasa, dan keamanan makanan. Hal ini dilakukan agar ibadah para jemaah haji dapat berjalan lancar dan tubuh tetap bugar selama menjalankan rangkaian ibadah haji.

Testimoni Positif dari Jemaah Haji

Kualitas makanan yang disajikan oleh katering haji Indonesia mendapatkan apresiasi positif dari para jemaah haji. Banyak jemaah yang memberikan komentar positif terkait rasa dan kualitas makanan yang disajikan.

Ifan Andri Wicaksono, seorang jemaah haji asal Jember, Jawa Timur, mengaku puas dengan pelayanan yang diberikan, termasuk soal makanan. Ia mengatakan bahwa makanan yang disajikan sangat enak dan cocok dengan lidahnya.

Edi Ahmad, jemaah asal Palembang, juga memberikan pengakuan yang sama. Ia merasa bahwa layanan yang diberikan sudah sangat baik, termasuk transportasi dan makanan yang sesuai dengan selera Indonesia. Ia berharap agar kualitas layanan dapat dipertahankan dan ditingkatkan di masa mendatang.

Wachudi Sukardi, jemaah asal Batang, juga mengaku puas dengan pelayanan katering yang diberikan. Ia mengatakan bahwa menu makanan yang disajikan bervariasi dan lebih enak dari yang biasa ia makan sehari-hari.

Untuk menu makanan jemaah lansia, pada musim haji tahun ini tidak lagi dibedakan, namun berdasar permintaan. Djubaidah, koordinator layanan konsumsi sektor 1 Madinah mengatakan, hal ini diterapkan sesuai hasil evaluasi dari penyelenggaraan layanan konsumsi bagi lansia tahun sebelumnya. Ia akan menanyakan pada para Karom, jika ada lansia yang membutuhkan nasi bubur atau menu makanan yang tidak keras.

"Pihak katering sangat cepat dalam merespon permintaan kami", ujarnya.

Untuk pertama kalinya jemaah haji memperoleh layanan makan penuh 3 kali sehari selama di Arab Saudi dengan total 127 kali makan per satu jemaah haji. Dengan kata lain total 25,8 juta boks tahun ini harus dihidangkan untuk melayani jemaah haji reguler Indonesia.

Pada fase jemaah haji Indonesia berada di Madinah, jemaah mendapatkan layanan 3 kali makan sehari selama 9 hari atau total maksimal 27 kali.

Saat berada di Mekah, jemaah haji Indonesia menerima layanan 3 kali makan sehari selama 28 hari, atau total 84 kali makan maksimal.

Dan pada fase Armuzna, jemaah haji menerima total 15 kali makan menu siap saji dan 1 kali snack.

Konsumsi jemaah haji Indonesia diolah dengan bahan dan bumbu asli Nusantara, yang langsung dikirim dari Tanah Air. Tahun ini untuk layanan konsumsi haji di Arab Saudi mendatangkan 475 ton bumbu asli Nusantara, dari kebutuhan 611 ton bumbu.