Relokasi TKP Abu Bakar Ali: Pedagang dan Juru Parkir Menolak Tawaran Lokasi Alternatif dari Pemkot Yogyakarta
Pemerintah Kota Yogyakarta menghadapi tantangan dalam merelokasi juru parkir dan pedagang yang selama ini beroperasi di Tempat Parkir Khusus (TKP) Abu Bakar Ali (ABA). Rencana pengalihfungsian lahan parkir menjadi ruang terbuka hijau memaksa para pelaku usaha di sana untuk mencari lokasi baru. Pemkot Yogyakarta telah berupaya menawarkan beberapa alternatif, namun respons dari warga ABA menunjukkan penolakan.
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, mengungkapkan bahwa komunikasi intensif telah dilakukan dengan pengelola TKP ABA terkait rencana penutupan tersebut. Meskipun Pemkot merasa memiliki dasar yang kuat, mengingat masa izin penggunaan lahan telah berakhir, kesepakatan belum tercapai. Lokasi-lokasi alternatif yang diajukan meliputi eks Menara Coffee di Kotabaru dan area di belakang kantor BPD DIY Cabang Senopati. Pemkot menganggap lokasi-lokasi ini cukup representatif dan strategis.
Namun, pengelola TKP ABA, Doni Rulianto, memiliki pandangan berbeda. Ia menyatakan bahwa tawaran lokasi baru belum memenuhi harapan para pedagang dan juru parkir. Keberatan utama terletak pada kemampuan lokasi baru untuk menampung bus pariwisata. Menurut Doni, kehadiran bus pariwisata sangat penting bagi kelangsungan usaha para pedagang oleh-oleh yang telah lama berjualan di TKP ABA. Tanpa akses bagi bus pariwisata, omzet pedagang dikhawatirkan akan menurun drastis.
Berikut poin-poin keberatan dari warga TKP ABA:
- Ketergantungan pada Bus Pariwisata: Pedagang oleh-oleh sangat bergantung pada kunjungan wisatawan yang datang dengan bus pariwisata. Relokasi ke lokasi yang tidak dapat diakses bus akan memangkas pendapatan mereka secara signifikan.
- Keterbatasan Modal: Banyak pedagang yang telah lama berjualan oleh-oleh di TKP ABA dan kesulitan untuk beralih ke jenis usaha lain karena keterbatasan modal.
- Penolakan Kolektif: Setelah melakukan komunikasi dengan para pedagang, Doni Rulianto menyampaikan bahwa mayoritas warga menolak tawaran lokasi baru karena dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.
- Nasib Juru Parkir: Sebanyak 95 juru parkir juga terancam kehilangan mata pencaharian jika lokasi baru tidak dapat menampung bus pariwisata. Jumlah kendaraan yang parkir akan berkurang, sehingga pendapatan mereka juga akan menurun.
Doni Rulianto menekankan bahwa solusi yang ditawarkan harus mempertimbangkan kepentingan seluruh pihak, terutama para pedagang kecil yang rentan terhadap perubahan ekonomi. Ia berharap Pemkot Yogyakarta dapat memberikan solusi yang lebih komprehensif dan berkelanjutan agar para pedagang dan juru parkir TKP ABA dapat tetap mencari nafkah dengan layak.