Konsumsi Domestik Diharapkan Jadi Penopang Industri CPO di Tengah Tekanan Ekspor

Industri minyak kelapa sawit mentah (CPO) di Indonesia diyakini memiliki prospek yang stabil hingga tahun 2025, terutama berkat dukungan kuat dari konsumsi dalam negeri. Optimisme ini muncul di tengah tantangan ekspor yang diperkirakan masih akan berlanjut.

Kebutuhan domestik, khususnya melalui program peningkatan biodiesel, diharapkan menjadi kunci untuk menyeimbangkan penurunan permintaan dari pasar ekspor. Inisiatif biodiesel diyakini akan menyerap produksi CPO dalam negeri secara signifikan.

Menurut Head of Industry & Regional Research Permata Bank, Adjie Harisandi, CPO memiliki keunggulan kompetitif sebagai minyak nabati yang paling efisien. Namun, ia mengakui bahwa permintaan CPO sangat dipengaruhi oleh dinamika di negara-negara mitra dagang Indonesia. Persaingan dari minyak nabati lokal di negara-negara maju, seperti minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari, juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan.

Adjie memproyeksikan bahwa pasar ekspor CPO akan tetap kompetitif, namun potensi pasar domestik sangat menjanjikan. Program biodiesel yang berjalan dengan baik diharapkan dapat menyerap volume CPO yang cukup besar dan menstabilkan industri.

Sebelumnya, Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma Kementerian Pertanian (Kementan), Ardi Praptono, mengungkapkan bahwa Indonesia belum dapat menentukan harga CPO dunia meskipun merupakan eksportir utama. Hal ini disebabkan karena sebagian besar ekspor sawit Indonesia masih berupa bahan mentah dengan nilai jual yang relatif rendah. Untuk meningkatkan nilai ekspor, diperlukan upaya untuk mengolah CPO menjadi produk turunan yang memiliki nilai tambah lebih tinggi.