Cosplayer Jepang Didakwa Atas Tindak Kekerasan Ekstrem Terhadap Pacar

Seorang wanita asal Jepang, Saki Sato, yang berprofesi sebagai cosplayer, menghadapi tuntutan hukum atas serangkaian tindakan kekerasan yang mengerikan terhadap pacarnya. Kasus ini mencuat setelah korban, seorang pria berusia 21 tahun, melaporkan kejadian yang dialaminya kepada pihak kepolisian di Osaka pada bulan Januari lalu.

Kronologi kejadian bermula ketika polisi menerima panggilan darurat dari korban yang mengaku telah diserang oleh Sato. Setibanya di lokasi, petugas mendapati korban dengan luka memar di bagian wajah. Lebih lanjut, korban mengungkapkan bahwa Sato telah melakukan tindakan yang sangat ekstrem, yaitu memotong jari manis tangan kirinya. Potongan jari tersebut ditemukan oleh polisi di dalam kulkas apartemen, diawetkan dalam alkohol.

Investigasi lebih lanjut mengungkap fakta yang lebih mengejutkan. Sato ternyata juga menyimpan buku tabungan dan telepon seluler milik korban di dalam brankas pribadinya. Selain itu, terungkap bahwa Sato sebelumnya juga pernah melakukan kekerasan fisik terhadap korban, yaitu memotong sebagian puting kirinya.

Menurut keterangan korban, hubungan asmara mereka dimulai pada tahun 2023. Korban yang saat itu masih berstatus sebagai siswa sekolah menengah, terpikat oleh penampilan Sato sebagai cosplayer di media sosial. Setelah melalui proses pendekatan, keduanya menjalin hubungan dan memutuskan untuk tinggal bersama sejak bulan Juli. Namun, seiring berjalannya waktu, korban mulai menyadari bahwa Sato memiliki sifat yang sangat posesif dan cenderung mengontrol. Sato disebut-sebut hanya menyukai pria yang penurut dan tidak menyukai pria yang dominan. Ia bahkan mengontrol setiap aspek kehidupan korban, termasuk penggunaan ponsel dan akses ke uang pribadi, yang harus melalui izinnya terlebih dahulu.

Dalam sebuah insiden pada bulan September tahun lalu, setelah terlibat pertengkaran, Sato sempat melontarkan pernyataan bahwa puting pria dapat tumbuh kembali jika dipotong. Korban yang merasa takut, tidak berdaya ketika Sato benar-benar melakukan hal tersebut. Puncak dari serangkaian tindakan kekerasan ini terjadi pada tanggal 19 Oktober. Saat kembali terlibat pertengkaran, Sato berteriak bahwa ia tidak ingin korban menikah dengan wanita lain dan langsung memotong jari manis tangan kiri korban. Potongan jari tersebut kemudian direndam dalam alkohol dan disimpan di kulkas.

Korban mengaku bahwa selama ini ia memilih untuk bertahan dalam hubungan tersebut karena terpesona oleh kecantikan Sato, meskipun terus-menerus mengalami kekerasan. Namun, setelah kejadian pemotongan jari, ia akhirnya memutuskan untuk melaporkan tindakan Sato kepada pihak kepolisian.

Sato kini menghadapi tiga dakwaan terkait tindak kekerasan dan telah secara resmi didakwa pada tanggal 21 April. Meskipun demikian, ia membantah semua tuduhan yang diajukan terhadapnya dan mengklaim bahwa korban sebenarnya memotong jarinya sendiri.

Kasus ini telah menarik perhatian luas dari masyarakat Jepang dan memicu berbagai komentar dari warganet. Banyak yang membandingkan karakter Sato dengan karakter yandere dalam anime, yang digambarkan sebagai sosok yang manis di awal namun dapat berubah menjadi sangat posesif dan berbahaya.

  • Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Sato sangat ekstrem dan melanggar hukum.
  • Korban mengalami trauma fisik dan psikologis akibat kekerasan yang dialaminya.
  • Kasus ini menjadi pengingat akan bahaya hubungan yang posesif dan tidak sehat.