Penantian Panjang Honorer Jambi: Belasan Tahun Mengabdi dengan Gaji Minim

Ratusan tenaga honorer dari berbagai penjuru Provinsi Jambi memadati halaman gedung DPRD pada Senin (20/5/2025). Aksi ini merupakan bentuk protes atas ketidakjelasan status kepegawaian dan tuntutan peningkatan kesejahteraan.

Gelombang aspirasi datang dari berbagai sektor, mulai dari tenaga kesehatan, guru, petugas kebersihan, hingga staf teknis yang tersebar di berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Mereka menyuarakan desakan agar pemerintah daerah segera mempercepat proses pengangkatan menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) secara penuh, serta memberikan kepastian terkait pengisian Daftar Riwayat Hidup (DRH).

Di antara kerumunan massa, sosok Nur Kholik (50), seorang penjaga sekolah dari Kota Jambi, menjadi potret perjuangan panjang para honorer. Beliau telah mengabdi sebagai tenaga honorer di sebuah Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) sejak tahun 2009. Dengan upah awal hanya Rp800 ribu per bulan, yang bertahan hingga tahun 2012, kemudian naik menjadi Rp 1 juta hingga saat ini.

"Jika hanya mengandalkan gaji honorer, tentu tidak mencukupi kebutuhan hidup," ungkap Kholik. Ayah dari lima anak ini mengakui bahwa untuk memenuhi kebutuhan keluarga, ia terpaksa berjualan minuman dingin sepulang kerja.

Semangat Kholik untuk mengikuti aksi demonstrasi ini tidak surut meski usianya tak lagi muda. Ia merasa inilah saat yang tepat untuk menyuarakan aspirasi dan memperjuangkan hak-haknya sebagai tenaga honorer yang telah lama terabaikan.

"Harapan kami adalah adanya peningkatan gaji yang layak, setidaknya mendekati Upah Minimum Provinsi (UMP)," harapnya.

Aksi yang berlangsung hingga siang hari itu diikuti oleh para honorer dari berbagai kabupaten di Provinsi Jambi. Dengan keterbatasan biaya, mereka tetap datang dengan semangat memperjuangkan nasib mereka.

Salah seorang peserta aksi menyampaikan, "Kami datang dengan segala keterbatasan, ada yang hanya membawa uang Rp10 ribu atau Rp20 ribu di kantong. Kami mohon perhatian dari pemerintah."

Para honorer menaruh harapan besar kepada Gubernur Jambi, Al Haris, agar dapat memberikan solusi dan kepastian terhadap status dan kesejahteraan mereka. Mereka berharap agar nasib tenaga honorer di Jambi tidak terus terombang-ambing dalam ketidakpastian.

Aksi demonstrasi ini mencerminkan keprihatinan mendalam terhadap kondisi para tenaga honorer di Jambi, yang telah lama mengabdi dengan upah yang jauh dari kata layak. Mereka berharap suara mereka didengar dan tuntutan mereka segera direspon oleh pemerintah daerah.