Presiden AS Joe Biden Didiagnosis Kanker Prostat Agresif; Pemeriksaan Terakhir Lebih dari Satu Dekade Lalu
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, didiagnosis menderita kanker prostat agresif. Informasi ini memicu perdebatan mengenai frekuensi pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh presiden, mengingat pemeriksaan terakhir yang diketahui dilakukan lebih dari satu dekade lalu.
Menurut keterangan dari juru bicara Gedung Putih, tes prostate-specific antigen (PSA) terakhir yang tercatat atas nama Presiden Biden dilakukan pada tahun 2014. Sebelum diagnosis ini ditegakkan, presiden berusia 82 tahun itu tidak pernah memiliki riwayat kanker prostat.
Pemeriksaan kanker prostat umumnya melibatkan tes PSA, yang berfungsi mengukur kadar protein yang diproduksi oleh kelenjar prostat. Tingkat protein yang tinggi dapat menjadi indikasi adanya potensi masalah pada prostat. Namun, penting untuk dicatat bahwa tes PSA memiliki tingkat positif palsu yang cukup tinggi. Satuan Tugas Layanan Pencegahan AS bahkan tidak merekomendasikan tes ini untuk pria berusia di atas 70 tahun, karena kelompok usia ini cenderung meninggal karena kondisi medis lain selain kanker prostat.
Fakta bahwa pemeriksaan PSA terakhir Biden dilakukan 11 tahun lalu menimbulkan pertanyaan, terutama setelah pengungkapan diagnosis kanker prostat. Sementara itu, Presiden Donald Trump, yang berusia 78 tahun, diketahui telah menjalani pemeriksaan PSA tahun ini, berdasarkan catatan medis yang dirilis oleh Gedung Putih.
Setelah diagnosisnya diumumkan, muncul pertanyaan mengenai apakah kanker yang diderita Biden baru saja berkembang atau telah ada dan tidak terdiagnosis selama masa jabatannya sebagai presiden. Meskipun diagnosis kanker prostat stadium lanjut seperti yang dialami Biden jarang terjadi, para dokter yang menanganinya menegaskan bahwa hal itu bukan sesuatu yang mustahil. Para ahli medis menjelaskan bahwa kanker tersebut dapat diobati, tetapi belum ada obat yang dapat menyembuhkannya secara total.
Dr. Ezekiel Emanuel, seorang onkolog yang tidak terlibat langsung dalam perawatan Biden, tetapi pernah bertugas di dewan penasihat COVID transisi, berpendapat bahwa kemungkinan besar kanker tersebut telah berkembang dan menyebar selama bertahun-tahun. Pendapat senada juga disampaikan oleh Dr. William Dahut, kepala staf ilmiah untuk American Cancer Society. Dr. Dahut menyatakan bahwa dalam kasus Biden, ada indikasi kuat bahwa ia telah menderita kanker prostat selama bertahun-tahun.
Implikasi dari diagnosis ini memunculkan diskusi yang lebih luas tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan berkala, bahkan bagi individu yang merasa sehat dan aktif. Selain itu, kasus ini juga menyoroti kompleksitas dalam mendeteksi dan menangani kanker prostat, terutama pada pria yang lebih tua.