IHSG Melonjak 5,83 Persen: Rebound Teknis di Tengah Sentimen Global yang Kompleks
IHSG Melonjak 5,83 Persen: Rebound Teknis di Tengah Sentimen Global yang Kompleks
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 5,83 persen selama sepekan terakhir (3-7 Maret 2025), diiringi aliran dana masuk mencapai Rp 144,1 miliar. Meskipun demikian, analis Equity di PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi, menekankan bahwa kenaikan ini lebih mencerminkan rebound teknis sementara, dan tren bearish IHSG secara keseluruhan masih berlanjut. Pergerakan IHSG, menurut Imam, masih dibayangi sentimen negatif, dengan indikator teknikal seperti candle terakhir yang menguji EMA20 sebagai resistance dinamis dan membentuk pola doji, menunjukkan keraguan pasar untuk melanjutkan reli.
Beberapa faktor global dan domestik saling berinteraksi dalam membentuk dinamika pasar saham pekan lalu. Ketidakpastian kebijakan ekonomi Donald Trump menjadi salah satu penentu utama. Kebijakan proteksionisme yang tak menentu dari mantan presiden Amerika Serikat tersebut mendorong investor mencari aset aman, seperti emas yang naik hampir 2 persen dalam periode yang sama. Kondisi ini diperparah oleh pernyataan tegas dari Gubernur Federal Reserve, Christopher Waller, dan Ketua The Fed, Jerome Powell, yang menyatakan tidak akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat, sebelum ada kejelasan terkait kebijakan ekonomi Trump. Dampaknya, bursa saham Amerika Serikat mengalami penurunan, dengan DJI turun 2,37 persen, S&P 500 turun 3,10 persen, dan Nasdaq turun 3,45 persen, sementara indeks volatilitas VIX meningkat tajam sebesar 19,05 persen.
Di sisi lain, stimulus ekonomi yang digelontorkan pemerintah China memberikan dampak positif terhadap sektor komoditas, khususnya batu bara. China menargetkan pertumbuhan PDB sekitar 5 persen pada 2025, dengan peningkatan defisit anggaran menjadi 4 persen dari PDB. Langkah-langkah stimulus fiskal dan moneter yang diambil, termasuk rekapitalisasi bank utama senilai 500 miliar yuan dan penerbitan obligasi khusus jangka panjang senilai 1,3 triliun yuan, bertujuan mendorong konsumsi dan investasi. Hal ini berdampak pada kenaikan harga batu bara sebesar 4,60 persen dalam sepekan terakhir. Kondisi ini, diiringi rencana penutupan beberapa tambang batu bara di Australia akibat kelebihan pasokan global, serta dukungan pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM untuk hilirisasi batu bara, menciptakan sentimen positif bagi sektor ini.
Selain faktor global, upgrade rekomendasi saham oleh JP Morgan turut memberikan kontribusi terhadap kenaikan IHSG. JP Morgan menaikkan rating saham beberapa bank besar, yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dari netral menjadi overweight, serta PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dari underweight menjadi netral. Kenaikan rating saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi overweight juga turut mendorong kenaikan indeks, mengingat bobot saham-saham tersebut yang cukup signifikan dalam IHSG. Kombinasi faktor-faktor ini, meskipun di tengah ketidakpastian global, telah mendorong IHSG untuk mengalami rebound positif selama sepekan tersebut.
Namun, penting untuk dicatat bahwa kenaikan ini bersifat sementara dan tren bearish masih perlu diwaspadai oleh investor. Perkembangan kebijakan ekonomi global dan domestik selanjutnya akan menjadi penentu arah pergerakan IHSG ke depan.