Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga Acuan Guna Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan atau yang dikenal dengan BI Rate menjadi 5,5 persen dinilai sebagai langkah strategis dalam menstimulasi perekonomian domestik. Kebijakan ini diharapkan dapat memacu konsumsi dan investasi, terutama di tengah kondisi ekonomi global yang penuh tantangan dan perlambatan pertumbuhan di negara-negara mitra dagang utama.

Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, menyatakan bahwa stabilitas nilai tukar rupiah menjadi faktor pendukung utama dalam pengambilan keputusan pelonggaran kebijakan moneter ini. Menurutnya, kondisi rupiah yang stabil memberikan fleksibilitas bagi BI untuk melakukan penyesuaian suku bunga tanpa menimbulkan risiko destabilisasi eksternal yang signifikan.

Penurunan BI Rate juga dipandang sebagai langkah komplementer terhadap kebijakan fiskal pemerintah yang ekspansif namun tetap prudent. Sinergi antara kebijakan moneter dan fiskal ini diharapkan dapat menciptakan momentum pemulihan ekonomi yang berkelanjutan.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang berlangsung pada 20-21 Mei 2025 telah memutuskan penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps). Selain BI Rate, suku bunga deposit facility juga diturunkan sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen, dan suku bunga lending facility turun dengan besaran yang sama menjadi 6,25 persen.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers menjelaskan bahwa langkah ini konsisten dengan upaya menjaga inflasi tetap terkendali sesuai target yang ditetapkan, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. BI akan terus memantau perkembangan ekonomi global dan domestik serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan memastikan ketersediaan likuiditas di pasar keuangan.

Upaya stabilisasi nilai tukar rupiah dilakukan melalui intervensi di pasar valuta asing, termasuk melalui transaksi Non-Deliverable Forward (NDF) di pasar luar negeri serta transaksi spot dan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) di pasar domestik. Selain itu, BI juga melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder untuk menjaga stabilitas pasar keuangan dan memastikan kecukupan likuiditas di sektor perbankan.

Dampak Penurunan Suku Bunga Acuan

Penurunan suku bunga acuan memiliki beberapa implikasi penting bagi perekonomian:

  • Stimulasi Konsumsi: Suku bunga yang lebih rendah dapat mendorong masyarakat untuk meningkatkan konsumsi karena biaya pinjaman menjadi lebih murah. Hal ini dapat meningkatkan permintaan barang dan jasa, yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
  • Peningkatan Investasi: Penurunan suku bunga juga dapat mendorong perusahaan untuk meningkatkan investasi karena biaya modal menjadi lebih rendah. Investasi yang lebih tinggi dapat meningkatkan kapasitas produksi dan menciptakan lapangan kerja baru.
  • Dukungan untuk Sektor Riil: Suku bunga yang lebih rendah dapat membantu sektor riil dengan mengurangi beban biaya pinjaman dan meningkatkan daya saing produk lokal.
  • Pengaruh pada Inflasi: Penurunan suku bunga dapat meningkatkan inflasi jika permintaan agregat meningkat lebih cepat daripada kapasitas produksi. Namun, BI akan terus memantau perkembangan inflasi dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaganya tetap terkendali.

Tantangan dan Antisipasi

Meski penurunan suku bunga acuan diharapkan dapat memberikan dorongan positif bagi perekonomian, terdapat beberapa tantangan yang perlu diantisipasi:

  • Kondisi Ekonomi Global: Ketidakpastian ekonomi global, termasuk perang dagang dan perlambatan pertumbuhan di negara-negara maju, dapat mempengaruhi kinerja ekspor dan investasi.
  • Volatilitas Pasar Keuangan: Perubahan sentimen pasar keuangan global dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah dan aliran modal.
  • Inflasi: Kenaikan harga komoditas dan gangguan rantai pasokan dapat memicu inflasi.

BI akan terus berkoordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk mengatasi tantangan-tantangan ini dan memastikan bahwa kebijakan moneter tetap efektif dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.