Klinik Kesehatan Haji Indonesia di Makkah Bersiap Layani Jemaah: Izin Operasi Ditunggu

Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Makkah terus mematangkan persiapan untuk memberikan pelayanan kesehatan optimal bagi jemaah haji Indonesia. Saat ini, KKHI masih menunggu perizinan resmi dari otoritas kesehatan Arab Saudi sebelum dapat beroperasi penuh.

Terletak strategis di Jalan Makkah-Taif, gedung KKHI Makkah mudah dikenali dengan papan nama yang jelas. Meskipun saat ini belum melayani rawat inap atau pemeriksaan medis di lokasi, KKHI telah dilengkapi dengan tenaga medis profesional, peralatan medis modern, dan persediaan obat-obatan yang lengkap.

Menurut Kepala KKHI Makkah, Edi Supriyatna, pelayanan kesehatan awal bagi jemaah saat ini dilakukan melalui dokter kloter dan tim medis mobile dari KKHI. Mereka aktif mengunjungi hotel-hotel tempat jemaah menginap untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin.

Apabila ditemukan jemaah yang memerlukan perawatan lebih intensif, KKHI akan merujuk mereka ke rumah sakit di Arab Saudi yang telah menjalin kerjasama dengan pemerintah Indonesia. KKHI Makkah juga telah menyiapkan berbagai jenis obat-obatan esensial yang umum dibutuhkan oleh jemaah haji.

KKHI Makkah memiliki fasilitas lengkap, meliputi:

  • Poli gigi
  • Ruang rawat inap
  • Ruang gawat darurat
  • Laboratorium
  • Fasilitas rontgen

Selain itu, tersedia pula tabung oksigen, alat kejut jantung (defibrillator), dan ambulans yang siap siaga untuk keadaan darurat.

"Persiapan pelayanan telah kami lakukan sejak 7 Mei lalu," ungkap Edi.

KKHI Makkah mampu menampung hingga 62 pasien. Tim medis yang bertugas berjumlah 107 orang, termasuk 28 dokter spesialis dari berbagai bidang.

Edi menjelaskan secara rinci alur pelayanan kesehatan yang akan diterima jemaah haji. Setiap kloter haji akan didampingi oleh dokter yang bertugas memantau kondisi kesehatan seluruh anggota kloter.

Jika seorang jemaah membutuhkan penanganan medis lebih lanjut, dokter spesialis dari KKHI Makkah akan segera diterjunkan ke hotel tempat jemaah tersebut berada. Apabila kondisi jemaah memerlukan perawatan rumah sakit, KKHI akan mengkoordinasikan rujukan ke rumah sakit Arab Saudi yang telah bekerja sama dengan Indonesia.

"Rujukan biasanya diperlukan untuk kasus-kasus yang mengancam jiwa, seperti penyakit paru-paru berat (pneumonia) dan penyakit jantung. Banyak kasus dengan kategori 'triase merah' yang mengharuskan pasien segera dirujuk ke rumah sakit Arab Saudi," jelasnya.

Sejauh ini, gangguan kesehatan yang paling banyak dialami jemaah adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Tim medis juga secara proaktif memantau kesehatan jemaah yang masuk kategori risiko tinggi (risti).

Edi mengimbau seluruh jemaah haji yang telah tiba di Makkah untuk senantiasa menjaga hidrasi dengan minum air putih secara teratur. Ia juga menyarankan agar jemaah tidak memaksakan diri untuk melakukan ibadah sunnah di Masjidil Haram, terutama jika kondisi fisik sedang tidak memungkinkan.

"Sebaiknya hindari aktivitas yang tidak wajib. Ibadah sunnah bisa dilakukan di hotel," pungkas Edi.