Bergabung dengan BRICS, Indonesia Bidik Peluang Ekspansi Pasar dan Peningkatan Daya Saing Industri
Indonesia Optimistis Manfaatkan Keanggotaan BRICS untuk Dorong Pertumbuhan Industri
Keanggotaan Indonesia dalam aliansi BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) dipandang sebagai momentum strategis untuk meningkatkan daya saing industri nasional dan memperluas jangkauan pasar ekspor. Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menegaskan hal ini dalam forum Pertemuan Tingkat Menteri BRICS di Brazil, yang mengangkat tema sentral penguatan kerja sama negara-negara berkembang untuk tata kelola yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Dalam pertemuan tersebut, negara-negara anggota BRICS mendeklarasikan komitmen bersama untuk memanfaatkan inovasi dan teknologi digital sebagai motor penggerak pengembangan sektor industri manufaktur yang berkelanjutan. Deklarasi ini sejalan dengan visi Making Indonesia 4.0, yang menekankan pentingnya penguatan inovasi teknologi dalam industri manufaktur serta pembangunan rantai pasok industri yang inklusif dan tangguh. Langkah ini diyakini akan mempercepat pencapaian tujuan pembangunan industri hijau yang berkelanjutan.
Deklarasi BRICS dan Relevansinya dengan Agenda Industri Nasional
Deklarasi BRICS menyoroti beberapa poin krusial yang selaras dengan agenda pembangunan industri nasional, di antaranya:
- Dukungan terhadap inovasi dan teknologi digital: Pemanfaatan teknologi digital dan prinsip industri 4.0 untuk menjawab tantangan global seperti penciptaan lapangan kerja, inklusi sosial, pengembangan rantai pasokan yang resilien, ketahanan pangan dan energi, serta mitigasi perubahan iklim.
- Pengakuan peran BRICS dalam ekonomi global: Negara-negara anggota BRICS, yang mewakili 45% populasi dunia dan sepertiga PDB global, berkomitmen untuk mendorong ekonomi global yang berkelanjutan, inovatif, dan kompetitif.
- Kemitraan untuk Revolusi Industri Baru (PartNIR): Partisipasi aktif dalam PartNIR untuk mendorong pengembangan industri, inovasi, dan kerja sama teknologi antar negara anggota BRICS melalui kerangka kerja yang terstruktur.
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita secara khusus mendukung pengembangan poin-poin Deklarasi Utama BRICS dan Rencana Aksi Kelompok Kerja UKM 2025-2030, serta pengesahan Terms of Reference (ToR) yang mencakup berbagai aspek penting seperti ToR untuk Kelompok Kerja UKM Negara-Negara BRICS, ToR untuk Transformasi Digital Industri, ToR untuk Sovereign AI for Digital Industrialisation, dan ToR untuk Kelompok Kerja Manufaktur Cerdas dan Robotika. Langkah ini diyakini akan menciptakan kolaborasi dan kerja sama yang efisien dalam mengatasi tantangan yang dihadapi oleh seluruh anggota BRICS.
Kerja Sama Bilateral Indonesia-Brasil
Selain fokus pada agenda BRICS, Menperin juga menyoroti potensi peningkatan kerja sama bilateral antara Indonesia dan Brasil. Kesamaan karakteristik kedua negara, seperti populasi yang besar dan sumber daya alam yang melimpah, menjadi landasan kuat untuk mempererat hubungan diplomatik yang telah terjalin sejak tahun 1953. Kerja sama di berbagai sektor ekonomi dan industri dapat diperluas, terutama di sektor energi, pangan, dan pengembangan industri kemaritiman.
Indonesia dapat belajar dari pengalaman Brasil dalam pengembangan etanol sebagai bahan bakar nabati, sementara Brasil dapat memanfaatkan keunggulan Indonesia di sektor perikanan dengan kerja sama dalam industri kemaritiman, termasuk penyediaan kapal penangkap ikan berkapasitas besar. Selain itu, pemerintah juga mendorong pengembangan sumber daya manusia industri melalui pertukaran pelajar vokasi, magang industri, dan kolaborasi pusat pelatihan industri.
Dengan bergabungnya Indonesia sebagai anggota BRICS, diharapkan kerja sama dengan negara-negara anggota, termasuk Brasil, dapat ditingkatkan untuk memperkuat neraca perdagangan, meningkatkan daya saing industri, dan memperkecil defisit perdagangan nasional.
Posisi Indonesia dalam Lanskap Industri Global
Sektor industri dalam negeri telah mencatatkan prestasi yang membanggakan, dengan nilai Manufacturing Value Added (MVA) mencapai US$ 255,96 miliar pada tahun 2023. Hal ini menempatkan Indonesia pada posisi ke-4 dalam peringkat nilai MVA di antara negara-negara BRICS, setelah China, India, dan Brasil. Indonesia resmi menjadi anggota ke-11 BRICS pada Januari 2025, bergabung dengan Arab Saudi, Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab dalam aliansi ekonomi yang semakin berpengaruh di panggung global.