Le Bokor Palace: Kebangkitan Hotel Ikonik dari Abu Sejarah Kamboja

Di puncak gunung berkabut Kampot, Kamboja, berdiri sebuah hotel mewah yang menyimpan kisah kelam dan kebangkitan. Le Bokor Palace, bukan sekadar bangunan megah, melainkan saksi bisu sejarah panjang yang berliku, dari kemegahan era kolonial hingga kehancuran akibat perang saudara, sebelum akhirnya bangkit kembali sebagai simbol kemewahan dan ketahanan.

Sejarah Panjang Berliku

Pada awalnya, ide pembangunan Le Bokor Palace tercetus dari François Marius Baudoin, seorang pejabat Prancis, pada tahun 1912. Ia melihat potensi Gunung Bokor sebagai lokasi peristirahatan yang ideal, jauh dari hiruk pikuk kota. Pembangunan dimulai pada tahun 1919 oleh Boy, Fermé & Cie, dengan rencana awal berupa bungalow sederhana. Namun, ambisi berubah, dan proyek itu berkembang menjadi istana megah.

Le Bokor Palace diresmikan pada Hari Valentine tahun 1925, memancarkan kemewahan dengan gaya arsitektur Art Deco yang dipengaruhi modernisme. Bangunan tiga lantai ini dibangun seluruhnya dari beton, menampilkan desain Palladian yang elegan dan dekorasi interior bergaya Italia. Hotel ini menawarkan fasilitas mewah seperti perapian besar, ruang makan megah, dan 18 kamar yang luas.

Namun, kemewahan Le Bokor Palace tak bertahan lama. Kabut tebal dan kondisi bangunan yang cepat rusak akibat cuaca ekstrem menjadi masalah utama. Hotel ini hanya bisa beroperasi selama musim kemarau, maksimal enam bulan dalam setahun. Akibatnya, Le Bokor Palace mengalami serangkaian penutupan dan pembukaan kembali dalam beberapa tahun pertama operasinya.

Terjebak dalam Pusaran Konflik

Pada tahun 1940-an, Le Bokor Palace berganti nama menjadi Hotel Mont Bokor. Selama Perang Indochina Pertama pada tahun 1946, hotel ini bahkan difungsikan sebagai rumah sakit militer. Situasi semakin memburuk ketika stasiun bukit Bokor ditinggalkan pada tahun 1950, dan bangunan hotel dirusak oleh Khmer Issarak, kelompok pemberontak yang dikenal sebagai 'Sang Naga Hitam'.

Kondisi stasiun bukit Bokor semakin terpuruk, tanpa air dan listrik. Kebakaran pada akhir tahun 1960-an menghanguskan bangunan hotel, meninggalkan bekas luka yang menghitam pada jendela dan pintunya. Meskipun sempat dibuka kembali pada tahun 1962 dengan nama 'Kota Bokor' oleh Raja Norodom Sihanouk, stasiun ini kembali ditutup pada tahun 1970 setelah sang raja lengser.

Gunung Bokor kemudian dikuasai oleh Khmer Merah pada tahun 1972. Pada awal 1990-an, stasiun bukit Bokor menjadi salah satu benteng terakhir kelompok tersebut. Setelah perjanjian damai tahun 1993, pasukan penjaga perdamaian Prancis mengambil alih gedung dan mendirikan stasiun telekomunikasi.

Kebangkitan dari Keterpurukan

Setelah berakhirnya perang saudara, Bokor terlupakan dan hanya menyisakan jejak-jejak perang. Hutan lebat menutupi reruntuhan, hingga akhirnya wisatawan mulai berdatangan kembali pada tahun 1997.

Kabar baik datang pada tahun 2008 ketika infrastruktur di Bokor mulai dibangun kembali. Akhirnya, pada tahun 2018, Le Bokor Palace kembali dibuka sebagai hotel mewah bersejarah. Hotel ini menawarkan 36 kamar yang elegan dan dua restoran mewah, siap menyambut para tamu yang ingin merasakan kemewahan di tengah sejarah panjang dan pemandangan alam yang menakjubkan.