Danantara Suntik Dana untuk Proyek Baterai Kendaraan Listrik CATL yang Sempat Tertunda

Badan Investasi Danantara (Danantara) mengambil langkah strategis dengan memberikan dukungan pendanaan bagi proyek baterai kendaraan listrik (EV) yang dikembangkan oleh Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL) di Indonesia. CEO Danantara, Rosan P. Roeslani, menegaskan bahwa suntikan dana ini akan menghidupkan kembali proyek yang sempat terhenti akibat kendala finansial.

Rosan menyatakan komitmen kuat dari CATL untuk melanjutkan proyek ini, yang telah dibuktikan melalui pertemuan intensif. Kehadiran Danantara sebagai investor diharapkan dapat mengatasi masalah pendanaan yang sebelumnya menghambat kemajuan proyek baterai tersebut. Proyek ini dinilai memiliki potensi besar dalam memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional, terutama dalam hal hilirisasi industri nikel yang menjadi keunggulan kompetitif Indonesia.

Proyek baterai listrik CATL ini diharapkan dapat menciptakan ekosistem terintegrasi, mulai dari pertambangan hingga produksi baterai. Keterlibatan Huayou, perusahaan yang juga bergerak di bidang pengolahan nikel, akan semakin memperkuat ekosistem ini dan menciptakan rantai nilai yang berkelanjutan.

CATL, sebagai produsen baterai terbesar di dunia asal China, telah lama menaruh minat pada pasar Indonesia. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, mengungkapkan bahwa CATL menargetkan untuk memulai produksi baterai kendaraan listrik di Indonesia paling lambat Maret 2026. Target ini merupakan hasil pembahasan antara Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dan Menteri BUMN Erick Thohir terkait kelanjutan investasi ekosistem baterai kendaraan listrik yang dikerjakan bersama Indonesia Battery Corporation (IBC).

Yuliot meyakinkan bahwa investasi CATL tetap berjalan sesuai rencana. Tahap awal produksi akan memiliki kapasitas 7,5 GWh dan diharapkan dapat terealisasi pada tahun 2026. Persetujuan untuk tahap pertama ini telah diperoleh dari Pemerintah China. Selanjutnya, sisa kapasitas 7,5 GWh akan dibiayai melalui mekanisme penawaran saham perdana (IPO). Dengan demikian, total kapasitas produksi CATL di Indonesia tetap sesuai target, yaitu 15 GWh.

Selain itu, CATL dilaporkan telah memiliki calon pembeli baterai dari Eropa dan Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan bahwa produk baterai yang dihasilkan di Indonesia memiliki daya saing global dan berpotensi untuk diekspor ke pasar internasional. Pemerintah Indonesia berharap investasi CATL ini dapat mendorong pengembangan industri kendaraan listrik di tanah air dan menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam rantai pasok baterai global.