Indonesia Gandeng Huayou Kembangkan Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik Senilai Rp164 Triliun
Presiden terpilih Prabowo Subianto memberikan persetujuan bagi perusahaan asal Tiongkok, Huayou, untuk mengambil alih sebagian investasi dari LG dalam proyek pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia. Proyek strategis ini memiliki nilai investasi mencapai US$ 9,8 miliar atau setara dengan Rp 164 triliun (dengan asumsi kurs Rp 16.800 per dolar AS).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa proyek ambisius ini akan mencakup seluruh rantai nilai baterai kendaraan listrik di Indonesia, mulai dari aktivitas pertambangan hingga daur ulang baterai. Rinciannya meliputi:
- Pertambangan: Eksplorasi dan penambangan bahan baku utama seperti nikel, kobalt, dan litium.
- Smelter: Pengolahan bahan baku mentah menjadi produk setengah jadi.
- Pengolahan Prekursor: Pembuatan bahan prekursor sebagai komponen penting dalam produksi katoda.
- Katoda: Produksi katoda, komponen utama dalam sel baterai.
- Sel Baterai: Perakitan sel baterai sebagai inti dari sistem penyimpanan energi.
- Daur Ulang Baterai: Pengelolaan dan pemulihan material berharga dari baterai bekas.
Menurut Bahlil, LG telah merealisasikan investasi sebesar US$ 1,2 miliar dalam proyek ini. Selanjutnya, Huayou akan menggantikan LG untuk menginvestasikan sisa dana sebesar US$ 8,6 miliar. Persetujuan dari Prabowo Subianto juga membuka jalan bagi percepatan proyek ini, dengan rencana groundbreaking yang akan segera dilaksanakan.
"Kurang lebih sekitar US$ 8 miliaran mulai juga sebagian dari hulu hilir sampai dengan battery cell, 20 gigawatt. Itu alhamdulillah sudah diputuskan sudah disetujui oleh pak presiden. Atas arahan pak presiden sekarang sudah dilakukan oleh konsorsium Huayou dan ini tidak ada masalah lagi dan ini sudah siap untuk dilakukan groundbreaking," jelas Bahlil setelah mengikuti rapat terbatas di Istana Kepresidenan.
Bahlil menargetkan groundbreaking proyek baterai listrik ini dapat dilakukan sebelum bulan Agustus. Pemerintah Indonesia akan memegang kendali mayoritas saham, yaitu 51%, melalui BUMN Indonesia Battery Corporation (IBC). Namun, di tingkat perusahaan patungan (JV), porsi saham BUMN akan menjadi 30%. Pemerintah juga berencana melibatkan Danantara untuk meningkatkan kepemilikan saham Indonesia dalam proyek ini.
"Di JV berikutnya itu sekarang 30% tapi kita lagi mengupayakan untuk ada kenaikan karena Danantara juga akan ikut berpartisipasi. Nah ini arahan pak presiden kita akan memaksimalkan untuk di atas 40% bahkan sampai dengan 50%, tapi semua itu dalam proses negosiasi," pungkas Bahlil.