Pertamina Soroti Tantangan Logistik dalam Rencana Peningkatan Impor Minyak dari AS

Pemerintah Indonesia tengah berupaya meningkatkan impor minyak dan LPG dari Amerika Serikat sebagai bagian dari strategi negosiasi perdagangan bilateral. Namun, rencana ini bukannya tanpa tantangan. Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, mengungkapkan beberapa risiko yang perlu dipertimbangkan, terutama terkait logistik, distribusi, dan kesiapan infrastruktur.

Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Simon menyoroti bahwa jarak dan waktu pengiriman yang lebih lama dari Amerika Serikat menjadi perhatian utama. Waktu tempuh pengiriman dari AS diperkirakan mencapai 40 hari, jauh lebih lama dibandingkan dengan sumber pasokan tradisional dari Timur Tengah atau negara-negara Asia lainnya. Keterlambatan ini dapat berdampak signifikan pada ketahanan stok nasional, terutama jika terjadi kendala cuaca seperti badai atau kabut.

Berikut adalah point penting terkait Impor Minyak dan LPG dari Amerika Serikat :

  • Jarak dan Waktu Pengiriman: Waktu pengiriman dari AS sekitar 40 hari, lebih lama dari Timur Tengah atau Asia.
  • Kendala Cuaca: Badai dan kabut dapat mempengaruhi ketahanan stok nasional.
  • Kajian Komprehensif: Pertamina sedang melakukan kajian teknis, komersial, dan operasional.
  • Impor Saat Ini: Impor minyak mentah dari AS sekitar 4% dan LPG 57% dari total impor.
  • Nilai Transaksi: Nilai transaksi impor migas dari AS mencapai US$ 3 miliar per tahun.
  • Shifting Sumber Pasokan: Pengalihan bersifat shifting sumber pasokan, bukan penambahan volume impor.
  • Komitmen Efisiensi: Pertamina berkomitmen menjaga efisiensi volume impor.

Saat ini, Pertamina sedang aktif menjajaki ketersediaan suplai dari Amerika Serikat. Penjajakan ini meliputi penentuan kualitas, volume, dan aspek komersial yang kompetitif. Simon menekankan bahwa Pertamina sedang melakukan kajian komprehensif yang mencakup aspek teknis, komersial, dan risiko operasional. Tujuan dari kajian ini adalah untuk memastikan bahwa skenario peningkatan suplai dari Amerika Serikat dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Lebih lanjut, Simon menjelaskan bahwa saat ini impor minyak mentah dari AS baru mencapai sekitar 4% dari total impor minyak mentah Indonesia, sementara impor LPG dari AS mencapai sekitar 57%. Nilai transaksi impor migas dari AS mencapai US$ 3 miliar per tahun. Pertamina tengah mengkaji potensi penambahan impor dari AS, namun dengan prinsip shifting sumber pasokan, bukan penambahan volume impor secara keseluruhan. Pertamina berkomitmen untuk menjaga efisiensi volume impor dan memprioritaskan ketahanan energi nasional.