Retaknya Bahtera Rumah Tangga: Mengungkap Akar Permasalahan dan Strategi Mengatasi
Pernikahan, sebuah ikatan sakral yang dibangun atas dasar cinta dan komitmen, tak jarang dihadapkan pada berbagai tantangan dan permasalahan. Meskipun cinta menjadi fondasi utama, keberlangsungan sebuah pernikahan yang harmonis memerlukan upaya berkelanjutan dan pemahaman mendalam antara kedua belah pihak.
Seiring berjalannya waktu, dinamika dalam rumah tangga dapat berubah, memicu konflik dan kesalahpahaman. Ironisnya, banyak permasalahan yang muncul bukan disebabkan oleh hilangnya rasa cinta, melainkan akibat kebiasaan-kebiasaan kecil yang terabaikan dan akumulasi dari kesalahan yang tak disadari. Padideh Jafari, seorang pakar hukum keluarga dan mediasi perceraian, menyoroti beberapa kesalahan umum yang seringkali menjadi pemicu keretakan dalam rumah tangga.
Prioritas yang Bergeser: Pekerjaan dan Anak
Salah satu kesalahan fatal yang sering dilakukan pasangan adalah mengalihkan fokus utama dari hubungan mereka sendiri. Tuntutan pekerjaan yang tinggi dan tanggung jawab dalam membesarkan anak seringkali menempatkan pernikahan di urutan kedua. Jafari menekankan bahwa karier, seberapapun pentingnya, tidak boleh sampai mengalahkan prioritas pernikahan. Demikian pula, meskipun anak-anak merupakan anugerah, pasangan harus berhati-hati agar tidak mengabaikan kebutuhan emosional dan perhatian satu sama lain.
Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan secara sadar meluangkan waktu berkualitas untuk pasangan. Jadwalkan kencan malam, liburan singkat, atau sekadar obrolan santai tanpa gangguan. Momen-momen kebersamaan ini dapat membantu memelihara kedekatan dan memperkuat ikatan emosional.
Jerat Media Sosial
Di era digital ini, media sosial dapat menjadi pedang bermata dua bagi pernikahan. Di satu sisi, media sosial memungkinkan kita untuk tetap terhubung dengan teman dan keluarga. Namun, di sisi lain, paparan terhadap kehidupan orang lain yang tampak sempurna di dunia maya dapat memicu perasaan iri, tidak puas, dan bahkan membandingkan hubungan sendiri dengan orang lain. Jafari mengingatkan bahwa aktivitas seperti menguntit mantan pasangan di media sosial dapat dianggap sebagai pelanggaran batas dan dapat merusak kepercayaan dalam hubungan.
Kunci untuk menghindari dampak negatif media sosial adalah dengan membatasi penggunaannya dan fokus pada membangun hubungan yang lebih kuat dengan pasangan. Ingatlah bahwa apa yang ditampilkan di media sosial seringkali hanya merupakan representasi sebagian kecil dari realitas kehidupan seseorang.
Komunikasi yang Tidak Efektif
Komunikasi merupakan fondasi penting dalam setiap hubungan, termasuk pernikahan. Namun, banyak pasangan yang merasa sudah berkomunikasi padahal sebenarnya hanya berbicara tanpa benar-benar mendengarkan atau memahami satu sama lain. Jafari menekankan pentingnya hadir sepenuhnya dalam percakapan, mendengarkan tanpa menghakimi, mengajukan pertanyaan untuk klarifikasi, dan menghindari asumsi yang terburu-buru. Komunikasi yang sehat bukan hanya tentang menyampaikan pesan, tetapi juga tentang memahami perspektif pasangan dengan empati.
Pernikahan yang Terburu-buru
Cinta memang merupakan elemen penting dalam pernikahan, tetapi tidaklah cukup untuk menjamin keberhasilan jangka panjang. Jafari menyoroti bahwa banyak pasangan yang terburu-buru menikah hanya karena dorongan cinta yang membara, tanpa benar-benar mengenal satu sama lain secara mendalam. Penting untuk memahami nilai-nilai, tujuan hidup, dan cara pasangan mengatasi masalah sebelum memutuskan untuk mengikat janji suci. Jafari menyarankan untuk meluangkan waktu untuk mengenal pasangan dalam berbagai situasi, termasuk saat bahagia, stres, atau menghadapi tantangan. Diskusi terbuka mengenai keuangan, rencana memiliki anak, dan tujuan masa depan juga sangat penting untuk membangun fondasi pernikahan yang kuat.