Pembatasan Subsidi Ongkos Kirim Picu Kekhawatiran Kurir Paket Soal Penurunan Pendapatan

Kebijakan pemerintah terkait pembatasan subsidi ongkos kirim (ongkir) pada platform e-commerce menjadi sorotan utama bagi para kurir paket. Aturan baru yang membatasi program gratis ongkir hanya tiga hari dalam sebulan ini menimbulkan kekhawatiran mendalam di kalangan pekerja logistik, terutama mereka yang berstatus sebagai mitra.

Sejumlah kurir mengungkapkan ketidakpastian mereka terhadap potensi penurunan pendapatan akibat kebijakan ini. Aqil, seorang kurir paket di Jakarta Timur, menyatakan kekhawatirannya bahwa pembatasan gratis ongkir dapat mengurangi minat belanja online masyarakat. Penurunan ini, menurutnya, akan berimbas langsung pada volume pengiriman paket dan pada akhirnya memotong penghasilan para kurir.

"Saya khawatir kebijakan ini akan memberatkan kami, terutama kurir mitra. Jika gratis ongkir dibatasi, orang mungkin enggan belanja online, dan jumlah paket yang harus kami antar akan berkurang drastis," ujar Aqil, menggambarkan situasi yang mungkin terjadi.

Kondisi ini diperparah dengan sistem prioritas yang diterapkan oleh perusahaan logistik. Kurir dengan status karyawan tetap atau dedicated cenderung mendapatkan prioritas dalam pengambilan paket. Hal ini membuat kurir mitra seperti Aqil semakin rentan terhadap fluktuasi volume pengiriman.

"Biasanya, kurir tetap atau dedicated yang mengambil semua paket terlebih dahulu. Sisanya baru diberikan kepada kami, para mitra. Jika gratis ongkir dibatasi, volume paket pasti akan semakin sedikit. Saya khawatir tidak akan mendapatkan pekerjaan," lanjutnya.

Sebagai kurir mitra, Aqil tidak menerima gaji pokok dan penghasilannya sepenuhnya bergantung pada jumlah paket yang berhasil diantarkannya. "Penghasilan dihitung per paket, tanpa gaji pokok. Tergantung berapa banyak yang bisa dibawa. Biasanya saya dapat mengantar 70-100 paket setiap hari, dengan upah Rp 2.000 per paket," jelasnya.

Namun, tidak semua kurir mitra seberuntung Aqil. Beberapa kurir mengalami kesulitan mendapatkan paket karena area pengiriman yang sepi atau karena prioritas yang diberikan kepada kurir tetap.

Saleh, kurir lain yang juga berstatus mitra, turut menyuarakan kekhawatirannya. Ia memprediksi bahwa pembatasan gratis ongkir dapat mengurangi jumlah pengguna jasa ekspedisi, yang pada akhirnya akan memengaruhi penghasilan para kurir.

"Saya khawatir jumlah pengguna jasa ekspedisi akan berkurang, dan ini akan berdampak pada penghasilan kami. Sistem upah kami dihitung per paket. Saat ini kondisi masih stabil, tetapi saat ada event, pengiriman bisa melonjak tinggi," ungkap Saleh.

Saleh, yang telah berprofesi sebagai kurir selama tujuh tahun, menceritakan pengalamannya yang beralih status dari karyawan tetap menjadi mitra. "Dulu kami karyawan tetap, menerima gaji pokok dan jaminan sosial. Namun, sekarang status kami sudah berubah menjadi mitra. Sebagai mitra, upah dihitung per paket, dengan tarif Rp 1.800 per paket," pungkasnya.