Konflik Memanas di Yaman Utara, Indonesia Tingkatkan Status Keamanan dan Evakuasi WNI
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) telah meningkatkan status keamanan menjadi Siaga Satu di wilayah Yaman Utara, menyusul meningkatnya eskalasi konflik bersenjata yang semakin mengkhawatirkan. Keputusan ini diambil sebagai respons terhadap intensifikasi serangan udara dan potensi bahaya yang mengancam keselamatan warga negara Indonesia (WNI) yang berada di wilayah tersebut.
Direktur Perlindungan WNI Kemlu RI, Judha Nugraha, menjelaskan bahwa status Siaga Satu diberlakukan di lima kota utama Yaman Utara, yaitu Hudaidah, Sana’a, Dhamar, Taizz, dan Turbah. Langkah ini merupakan peningkatan dari penetapan sebelumnya oleh KBRI Muscat pada Oktober 2024 yang mencakup Hudaidah, Sana’a, dan Dhamar. Penambahan Taizz dan Turbah dalam daftar ini menunjukkan semakin meluasnya dampak konflik dan meningkatnya risiko bagi WNI.
Sejak penetapan status Siaga Satu, Kemlu RI secara intensif berkoordinasi dengan KBRI Muscat dan berbagai kementerian serta lembaga terkait untuk mendukung proses evakuasi WNI. Koordinasi ini bertujuan untuk memastikan proses evakuasi berjalan lancar dan aman, dengan memprioritaskan keselamatan seluruh WNI yang terdampak. Peningkatan serangan udara yang signifikan di berbagai kota di Yaman Utara menjadi faktor utama dalam keputusan untuk mempercepat proses evakuasi. Data menunjukkan adanya ratusan serangan udara sejak Maret 2025, yang dinilai sangat membahayakan keselamatan jiwa WNI.
Kemlu RI mengimbau dengan tegas kepada seluruh WNI yang berencana melakukan perjalanan ke Yaman untuk menunda rencana mereka sampai situasi keamanan dinyatakan stabil dan aman. Yaman saat ini merupakan wilayah konflik aktif, dan risiko yang dihadapi sangat tinggi. Oleh karena itu, keselamatan WNI menjadi prioritas utama, dan perjalanan ke wilayah tersebut sangat tidak disarankan.
Gelombang pertama evakuasi telah berhasil memulangkan 10 WNI dari Yaman Utara ke Indonesia pada Kamis, 22 Mei 2025. Proses evakuasi dilakukan melalui jalur darat, dengan WNI diangkut dari wilayah utara Yaman menuju Rumah Perlindungan KBRI Muscat di Kota Tarim, Yaman bagian selatan, pada tanggal 17-18 Mei 2025. Selanjutnya, mereka diberangkatkan menuju Salalah, Oman, pada 21 Mei 2025 sebelum diterbangkan kembali ke Jakarta. Para WNI yang dievakuasi berasal dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk Banten, Jakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.
Pemerintah Indonesia saat ini tengah mempersiapkan evakuasi gelombang kedua, yang melibatkan 18 WNI. Kelompok ini terdiri dari perempuan, anak-anak, dan lansia. Seluruh WNI yang termasuk dalam gelombang kedua telah menyatakan kesediaan mereka untuk mengikuti proses evakuasi. Pemerintah terus berupaya untuk memastikan proses evakuasi berjalan seefisien dan seaman mungkin, dengan mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan khusus dari setiap individu yang terdampak konflik.
Berikut adalah poin penting dalam penanganan situasi di Yaman Utara:
- Status Siaga Satu: Diberlakukan di Hudaidah, Sana’a, Dhamar, Taizz, dan Turbah.
- Koordinasi Intensif: Kemlu RI bekerja sama dengan KBRI Muscat dan lembaga terkait.
- Imbauan: WNI diminta menunda perjalanan ke Yaman.
- Evakuasi: Gelombang pertama berhasil, gelombang kedua sedang dipersiapkan.