Perjuangan Riskana: Kisah Kurir Paket di Jakarta, Antara Hujan, COD Bermasalah, dan Pendapatan Tak Pasti
Di balik kemudahan pengiriman barang yang kita nikmati, ada sosok-sosok pekerja keras seperti Riskana (42), seorang kurir paket di wilayah Manggarai, Jakarta Selatan. Selama beberapa tahun terakhir, ia telah berjibaku dengan berbagai tantangan dalam mengantarkan paket ke tangan pelanggan. Keterbatasan pilihan pekerjaan akibat usia dan tingkat pendidikan yang hanya setara SMA, memaksa Riskana untuk menekuni profesi ini.
"Karena faktor usia, sulit cari kerja yang lain. Kalau jadi kurir kan gampang," ungkap Riskana, menggambarkan realitas yang dihadapinya. Bagi ibu rumah tangga ini, menjadi kurir adalah jalan satu-satunya untuk tetap menghasilkan pundi-pundi rupiah di usia yang tak lagi muda. Namun, pekerjaan ini jauh dari kata mudah dan penuh lika-liku.
Derita Saat Hujan
Hujan menjadi momok bagi Riskana dan kurir paket lainnya. Guyuran air berpotensi merusak paket-paket yang dibawanya. Paket yang basah atau rusak menjadi tanggung jawab Riskana, dan ia harus menggantinya. Meski demikian, ia tetap harus mengantarkan paket sesuai jadwal, apapun kondisi cuacanya. Kepada awak media Riskana mengatakan "Dukanya kalau hujan. Jika hujan, udah repot,".
Pelanggan COD yang Menyulitkan
Masalah lain yang kerap dihadapi Riskana adalah pelanggan yang memilih metode pembayaran cash on delivery (COD). Banyak pemesan yang tidak berada di rumah saat paket tiba, atau bahkan tidak memiliki uang untuk membayar. Hal ini tentu saja membuang waktu dan tenaga Riskana dengan percuma.
"Ada customer resek yang COD doang bayar enggak, cuma capein doang. Kendalanya di situ, jadi barang harus dibawa lagi," keluhnya. Paket COD yang gagal diserahkan harus dibawa kembali ke gudang. Riskana akan mencoba mengantarkan paket tersebut hingga tiga kali. Jika tetap gagal, paket akan dikembalikan ke pengirim (retur). Bahkan, Riskana bisa terkena penalti jika lalai dalam memproses retur.
Paket Hilang: Mimpi Buruk Kurir
Kehilangan paket menjadi pengalaman yang paling menyedihkan bagi Riskana. Ia pernah sekali kehilangan paket dan harus menggantinya. Jika paket hilang, kurir wajib mengganti barang yang hilang sesuai dengan harga yang berlaku.
"Kalau dimaki-maki enggak pernah sih. Kalau menyedihkannya hilang paket pernah, saya hilang pernah satu kali dan harus ganti," ungkapnya. Riskana harus menghubungi pemesan dan memesan ulang paket yang hilang. Selain kerugian finansial, masalah paket hilang juga menyita waktu karena kurir harus melakukan pencarian terlebih dahulu.
Pendapatan Tak Menentu dan Potongan Deposit
Dengan segala risiko dan tantangan yang ada, pendapatan seorang kurir paket tidaklah menentu. Riskana dibayar Rp 1.800 per paket yang berhasil diantarkan. Untuk paket dengan berat di atas tiga kilogram, tarifnya Rp 5.500. Pembayaran dilakukan setiap bulan setelah dihitung total.
Dalam sebulan, Riskana bisa mengantarkan 2.500 paket dengan pendapatan sekitar Rp 5.025.000. Namun, jumlah ini tidak selalu tercapai setiap bulan. Meski demikian, ia bersyukur karena sering mendapat bonus Rp 200.000 saat tanggal merah, asalkan berhasil mengantar minimal 50 paket.
Di tengah pendapatannya yang pas-pasan, gaji Riskana juga dipotong untuk deposit setiap bulannya. Setiap kurir baru diwajibkan membayar deposit sebesar Rp 3 juta sebagai jaminan. Potongan deposit bervariasi, tergantung dari jumlah gaji yang diterima. Jika deposit sudah mencapai Rp 3 juta, tidak ada lagi potongan gaji. Uang deposit akan dikembalikan jika kurir berhenti bekerja, dengan proses pencairan sekitar tiga bulan setelah pengunduran diri.
Kisah Riskana adalah potret perjuangan seorang kurir paket di tengah kerasnya kehidupan Jakarta. Ia tetap bertahan meski menghadapi berbagai tantangan, demi mencari nafkah untuk keluarganya.