Pemerintah Dorong PTBA Jadi Pelopor Proyek DME untuk Substitusi LPG
Pemerintah Indonesia tengah berupaya mempercepat pengembangan proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai alternatif pengganti Liquefied Petroleum Gas (LPG). Proyek strategis ini termasuk dalam daftar 18 proyek hilirisasi prioritas yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto, dengan total nilai investasi mencapai US$ 45 miliar atau sekitar Rp 730,2 triliun.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyatakan bahwa proyek DME ini rencananya akan diberikan sebagai penugasan wajib kepada PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk mendorong hilirisasi sektor pertambangan dan mengurangi ketergantungan pada impor LPG. Bahlil menegaskan bahwa proyek DME harus menjadi prioritas utama PTBA, sesuai dengan arahan Satuan Tugas (Satgas) Hilirisasi dan Ketahanan Energi yang dipimpinnya. Bahkan, Bahlil mengisyaratkan akan mengambil sebagian Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) PTBA jika perusahaan tersebut tidak menjalankan penugasan proyek gasifikasi batu bara.
Namun, realisasi proyek DME ini tidaklah tanpa tantangan. Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, mengungkapkan beberapa kendala yang dihadapi dalam proyek hilirisasi batu bara menjadi DME. Salah satu kendala utama adalah masalah keekonomian. Biaya produksi DME saat ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM, serta lebih mahal dari harga LPG impor.
Arsal menjelaskan bahwa harga subsidi LPG saat ini sekitar Rp 22.727 per 3 kg atau sekitar US$ 474 per ton. Sementara itu, harga DME subsidi diperkirakan mencapai Rp 34.069 per 3 kg atau setara US$ 710 per ton. Dengan demikian, harga DME hasil produksi masih lebih tinggi dari harga patokan yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM, serta lebih tinggi dari harga LPG impor. Hal ini tentu menjadi pertimbangan penting bagi PTBA dalam menjalankan proyek DME.
Selain masalah keekonomian, proyek DME juga menghadapi tantangan teknis. Berdasarkan hasil rapat Satgas Hilirisasi bersama PT Pertamina (Persero) Tbk, terdapat kendala dalam hal infrastruktur konversi, termasuk jalur distribusi dan perangkat kompor rumah tangga yang kompatibel dengan DME. Jarak yang dibutuhkan untuk infrastruktur distribusi mencapai sekitar 172 km, serta perlunya kesiapan jaringan niaga dan distribusi bahan bakar alternatif secara luas.
PTBA menyatakan kesiapannya untuk menjalankan proyek hilirisasi DME, dan saat ini terdapat beberapa investor yang tertarik untuk berinvestasi dalam proyek ini. Namun, PTBA mengharapkan dukungan kebijakan dari pemerintah untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada.
Selain DME, PTBA juga memiliki rencana untuk menggarap produk hilirisasi lainnya, seperti synthetic natural gas (SNG), artificial graphite, anoda sheet, hingga asam humat.
Berikut adalah daftar produk hilirisasi PTBA:
- Synthetic Natural Gas (SNG)
- Artificial Graphite
- Anoda Sheet
- Asam Humat